Saturday, March 24, 2012

Abu Bakar As-Siddiq radhiyallaahu ‘anhu - Biografi

Nama Abu Bakar As-Siddiq radhiallahu'anhu tidaklah asing lagi bagi umat Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang dianggap paling agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah umat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah.



Nama sebenarnya Abu Bakar As-Siddiq adalah Abdullah Bin Qahafah. Sebelum Islam, beliau adalah seorang saudagar yang sangat kaya serta datang dari keluarga bangsawan yang sangat dihormati oleh masyarakat Quraisy. Bahkan sebelum memeluk Islam, Abu Bakar telah terkenal sebagai seorang pembesar Quraisy yang tinggi akhlaknya dan tidak pernah meminum arak sebagaimana yang lazimnya dilakukan oleh orang-orang Quraisy yang lain.

Dari segi umur, Abu Bakar radhiallahu'anhu adalah dua tahun lebih muda dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan telah menjalin persahabatan yang akrab dengan Rasul lama sebelum masa kenabian. Beliaulah tokoh sahabat besar yang dianggap paling banyak sekali berkorban untuk menegakkan agama Islam di samping Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Karena besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah mengatakan bahwa Islam telah tegak di atas harta Khadijah dan pengorbanan Abu Bakar.

Adapun gelaran As-Siddiq yang diberikan kepadanya itu adalah kerana sikapnya yang selalu membenarkan apa pun perkataan maupun perbuatan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam. D

alam hal ini kita petik suatu kisah seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu yang dicenitakan sendiri kepadanya oleh Abu Bakar, tentang bagaimana Abu Bakar memeluk agama Islam. Kata Abu Bakar radhiyallahu'anhu ketika menceritakan suatu kisah mengenai dirinya kepada Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu:

"Aku pernah mengunjungi seorang tua di negeri Yaman. Dia rajin membaca kitab-kitab dan mengajar banyak murid. Dia berkata kepadaku: "Aku kira tuan datang dari Tanah Haram. "Benar, “jawabku. "Aku kira tuan berbangsa Quraisy?” "Benar,” ujarku lagi. "Dan apa yang aku lihat, tuan dari keluarga Bani Taiyim?” "Benarlah begitu,” tambahku selanjutnya. Orang tua itu terus menyambung, katanya, "Ada satu lagi hal yang hendak aku tanyakan dari tuan, yaitu tentang diri tuan sendiri. Apakah tak keberatan jika aku lihat perutmu? Maka pada ketika itu aku pun berkata, "Aku keberatan hendak memperlihatkan selagi tuan tidak nyatakan kepadaku perkara yang sebenarnya. Maka ujar orang tua itu, "Aku sebenarnya melihat dalam ilmuku yang benar bahawa seorang Nabi Allah akan diutus di Tanah Haram. Nabi itu akan dibantu oleh dua orang sahabatnya, yang seorang masih muda dan seorang lagi sudah separoh umur. Sahabatnya yang muda itu berani berjuang dalam segenap hati dan menjadi pelindungnya dalam kesusahan. Sementara yang separoh umur itu putih kulitnya dan berbadan kurus, ada tahi lalat di perutnya dan ada suatu tanda di paha kirinya. Apalah salahnya kalau tuan perlihatkan kepadaku. Maka sesudah dia berkata itu aku pun membuka pakaianku lalu orang tua itu pun melihatlah tahi lalat hitam di atas bahagian pusatku  Org itu berkata, "Demi Tuhan yang menguasai Kaabah, tuanlah orangnya itu! Kemudian orang tua itu pun memberi sedikit nasihat kepadaku. Aku tinggal di Yaman untuk beberapa waktu kenana mengurusi perniagaanku dan sebelum meninggalkan negeri itu aku sekali lagi pergi menemui orang tua tersebut untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya.  Kemudian dia lalu bertanya, "Bolehkah tuan menyampaikan beberapa rangkap syairku?
"Boleh sahaja, “jawabku.

Setelah itu aku pun membawa pulang syair-syair itu ke Mekah. Setibanya aku di Mekah, para pemuda bergegas datang menemuiku seraya berkata, "Adakah engkau tahu yang sudah terjadi? Maka ujarku pula, "Apakah yang terjadi itu? Jawab mereka, "Si yatim Abu Talib kini mengaku menjadi Nabi! Kalaulah tidak mengingat engkau hai Abu Bakar, sudah lama kami selesaikan dia. Engkaulah satu-satunya yang kami harapkan untuk menyelesaikannya.

Kemudian aku pun meminta mereka pulang dahulu sementara aku sendiri pergi menemui Muhammad. Setelah menemuinya aku pun mengatakan, "Wahai Muhammad, kau telah mencemarkan kedudukan keluargamu dan aku mendapat kabar bahwa kau terang-terang telah menyeleweng dari kepercayaan nenek moyang kita. Maka ujar baginda, "Bahwa aku adalah Pesuruh Allah yang diutuskan untukmu dan untuk sekalian ummat! Aku pun betanya kepada baginda, "Apa buktinya? Jawabnya, "Orang tua yang engkau temui di Yaman tempo hari. Aku menambah lagi, "Orang tua yang mana satukah yang kau maksudkan karena banyak orang tua yang aku temui di Yaman itu? Baginda menyambung, "Orang tua yang mengirimkan untaian syair kepadamu!

Aku terkejut mendengarkannya lalu bertanya, "Siapakah yang telah memberitahumu, wahai sahabatku? Maka ujar baginda, "Malaikat yang pernah menemui Nabi-nabi sebelumku. Akhirnya aku berkata, "Ulurkanlah tanganmu, bahwa dengan sesungguhnya aku bersaksi tiada Tuhan yang kusembah melainkan Allah, dan dirimu (Muhammad) sebenarnya Pesuruh Allah.

Demikianlah kisah indah yang meriwayatkan bagaimana Islamnya Abu Bakar. Dan memanglah menurut riwayat beliau merupakan lelaki yang pertama yang beriman kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam


Keislaman Abu Bakan As-Siddiq telah membawa penganuh besar di kalangan kaum bangsawan Quraisy kerana dari pengaruh keislamannya itulah maka beberapa orang pemuda bangsawan Quraisy seperti Saiyidina Uthman Bin Affan, Abdul Rahman Bin Auf, dan Saad Bin Waqqas menuruti jejak langkahnya. Semenjak beliau memeluk Islam, Abu Bakar telah menjadi pembela Islam yang paling utama serta seorang sahabat yang paling akrab serta paling dicintai oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Sebagai bukti yang memperlihatkan kecintaan baginda terhadap Abu Bakar  dapat kita ketahui dari satu dialog yang terjadi antara baginda Rasul dengan Amru Bin Al As. Amru seorang sahabat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah suatu hari menanyakan Rasul, "Siapakah di antara manusia yang paling tuan sayangi? Baginda menjawab, "Aisyah, dan kalau laki-laki adalah bapaknya".

Selain daripada itu Abu Bakar As-Siddiq  adalah seonang sahabat yang terkenal kerana keteguhan imannya, cendas akal, tinggi akhlak, lemah lembut dan penyantun. Rasulullah pernah menyanjungi sahabatnya itu dengan sabdanya, "Jika ditimbang iman Abu Bakar As-Siddiq dengan iman seluruh ummat maka lebih berat iman Abu Bakar." Demikian teguhnya iman Abu Bakar demi apakala kita memperhatikan pengertian yang terkandung pada sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam mengenai dirinya itu. Gelaran As Siddiq yang dibenikan orang terhadap diri Abu Bakar adalah lantaran memandang sikap serta pendiriannya yang teguh dalam membenarkan serta membela diri Rasulullah. Andainya seluruh ummat manusia akan mendustakan Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam Abu Bakar akan pasti tampil dengan penuh keyakinan untuk membelanya.

Tidak beberapa lama setelah memeluk agama Islam, Abu Bakar yang terkenal sebagai saudagar yang kaya itu telah meninggalkan perdagangannya dan meninggalkan semua usaha peribadi lain-lainnya lalu menyerahkan segenap kekayaan dan jiwa raganya untuk melakukan perjuangan menegakkan Islam bersama Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Beliau telah mengorbankan seluruh hanta bendanya untuk menebus orang-orang yang ditawan, orang-orang yang ditangkap atau disiksa. Selain itu beliau juga telah membeli budak-budak yang kemudian dimerdekakannya. Salah seorang hamba yang dibelinya lalu kemudian dibebaskan yang paling terkenal dalam sejarah ialah Bilal Bin Rabah.

Tatkala Nabi Muhammad selesai melakukan Isra' dan Mi'raj segolongan orang yang kurang mempercayai apa yang telah dikhabarkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallamtelah pergi menemui Abu Bakar untuk mendengarkan apa pendapatnya tentang dakwaan Muhammad itu. Tujuan kedatangan mereka mendapatkan Abu Bakar tidak lain dengan prasangka tentunya Abu Bakar kali ini akan mendustakan kisah yang tidak masuk akal pada fikiran mereka itu. Setelah pertanyaan itu disampaikan kepada Abu Bakar lalu beliau pun berkata, "Adakah Muhammad berkata begitu? Sahut mereka, "Benar! Maka ujar Abu Bakar  "Jika Muhammad berkata begitu maka sungguh benarlah apa yang diceritakan itu." Lalu mereka pun terus menyambung, "Engkau percaya hai Abu Bakar bahwa Muhammad sampai ke tanah Syam lebih sebulan perjalanan pulang, di malam semalam tadi?" Maka sahut Abu Bakar sungguh-sungguh, "Benar! Aku percaya! Malah lebih dari itu aku percaya kepadanya. Aku percaya akan berita dari langit yg diberitakannya baik pada waktu siang mahupun di waktu malam!"

Demikian hebatnya sambutan sahabat yang paling utama itu. Karena tegas dan teguhnya iman beliau terhadap agama yang dibawa oleh Muhammad dan terhadap apa yang dikhabarkan oleh baginda maka beliau telah diberi oleh Rasulullah dengan gelaran As-Siddiq.

Dan memanglah tidak mengherankan sekali sikap Abu Bakar itu. Beliau telah mengenal Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam bukan sehari dua, melainkan sudah boleh dikatakan seumur manusia. Beliau tahu bahwa sahabatnya itu berkata benar, tak pernah bohong, seorang yang jujur. Mustahil Muhammad akan khianat kepada pengikutnya yang percaya kepadanya. Beliau mengimani sahabatnya itu Pesuruh Allah Yang Maha Kuasa, menerima wahyu dari Tuhannya. Beliau memiliki iman yang kokoh.

Tatkala keadaan kekejaman orang-orang musyrikin Quraisy terhadap kaum Muslimin yang sedikit jumlahnya di Mekah semakin hebat dan membahayakan, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah mengadakan pertemuan di rumah Abu Bakar untuk mencari jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi oleh pihak kaum Muslimin. Ketika itulah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan kepada Abu Bakar bahwa Allah  telah memerintahkan baginda supaya melakukan hijrah ke Madinah serta meminta Abu Bakar supaya menemaninya dalam peristiwa hijrah tersebut. Tanpa sedikitpun kebimbanganpun Abu Bakar menyambut permintaan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Dari pintu belakang rumah Abu Bakar, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersama-sama Abu Bakar menuju ke Gunung Tsaur dan bersembunyi di gua yang diberi nama Gua Tsaur. Pada saat suasana amat kritis, Abu Bakar diserang rasa kegelisahan dan cemas kerana khuatir kalau-kalau musuh dapat mengetahui di mana Rasulullah sedang bensembunyi, maka pada saat itu turun ayat suci Al Quran dari Surat Taubah yang isinya memuji Abu Bakar As-Siddiq, sebagai orang kedua sesudah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam Gua Tsaur. Dalam pada itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pun mengerti akan situasi dan kegelisahan sahabatnya itu yang oleh karenanya Rasul berkata, "Apakah yang menggelisahkanmu, bukankah Allah menemani kita?

Kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, diriwayatkan berkata selanjutnya untuk menghilangkan kebimbangan Abu Bakar, "Kiranya mereka masuk juga ke dalam gua ini kita masih dapat melepaskan diri dari pintu belakang itu, ujar Rasul sambil menunjukkan ke belakang mereka. Abu Bakar pun menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya beliau bila dilihatnya pintu belakang yang ditunjuk oleh Rasul itu, padahal pintu tersebut tadinya tidak ada sama sekali. Sebenarnya kebimbangan Abu Bakar tatkala di dalam gua itu bukanlah kerana takutkan nyawanya akan diragut oleh pihak musuh tetapi yang lebih dibimbangkannya ialah keselamatan jiwa baginda Rasul. Beliau pernah berkata, "Yang saya bimbangkan bukanlah mengenai diri saya sendiri, kalau saya terbunuh, yang tewas hanyalah seorang manusia biasa. Tapi andaikata engkau dapat dibunuhnya maka yang akan hancur ialah satu cita-cita yang suci murni. Yang akan runtuh ialah keadilan dan yang akan tegak pula ialah kezaliman."

Ucapan antara dua orang sahabat tatkala dalam gua itu ada tersebut dalam Al Quran dalam Surah At-Taubah ayat 40: "Kalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) ketika dia diusir oleh orang-orang kafir (dan kampung halamannya), dalam keadaan berdua orang sahaja di dalam suatu gua, Di kala itu dia (Muhammad) berkata kepada sahabat karibnya (Abu Bakar): Jangan engkau berdukacita; sesungguhnya Allaah bersama kita. Allaah menurunkan ketenanganNya kepadanya, dan dikuatkannya dengan tentera yang tidak kamu lihat. Dan Allaah menjadikan perkataan orang yang kafir itu paling rendah dan perkataan Allaah itu yang amat tinggi. Dan Allaah Maha Kuasa dan Bijaksana."

Demikian satu lagi keistimewaan  Abu Bakar As-Siddiq sebagai seorang sahabat yang sama-sama mengalami kesukaran dan kepahitan bersama-sama Rasulullah dalam menyampaikan seruan Islam. Abu Bakar tidak berpisah jauh dengan baginda Rasul sepanjang hidupnya dan menyertai semua peperangan yang dihadapi oleh baginda. Beliau bukan sahaja berjuang menegakkan Agama Islam dengan segenap jiwa raganya bahkan juga dengan harta kekayaannya. Sungguh beliaulah yang paling banyak sekali berkorban harta untuk menegakkan Agama Islam. Bahkan seluruh kekayaannya telah habis digunakannya untuk kepentingan perjuangan menegakkan kalimat Allah. Di kalangan para sahabat beliaulah tergolong orang yang paling murah hati dan dermawan sekali.

Dalam Perang Tabuk misalnya, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah meminta kepada kaum Muslimin agar mengorbankan hartanya di jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di antara dua tangan Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Abu Bakar bagi tujuan jihad itu, maka Rasulullah  menjadi terkejut lalu berkata kepadanya:
"Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan isterimu? 
Pertanyaan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam itu dijawab oleh Abu Bakar As-Siddiq dengan tenang sambil tersenyum, ujarnya. "Saya tinggalkan buat mereka Allah dan Rasul-Nya."

Demikianlah kehebatan jiwa Abu Bakar As-Siddiq, suatu contoh kemurahan hati yang memang tidak dijumpai bandingannya di dunia. Memandang besarnya pengorbanan beliau terhadap Islam maka wajarlah kalau Rasulullah bersabda bahwa tegaknya Agama Islam itu adalah lantaran harta benda Khadijah dan juga Abu Bakar As-Siddiq. Tepatlah juga tatkala Rasul bersabda bahwa kiranya iman seluruh ummat ditimbang bersama iman Abu Bakar maka lebih berat iman Abu Bakar. Beliau memang manusia luar biasa kebesarannya yang telah ditakdirkan oleh Allaah untuk menjadi teman akrab Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam

Pada suatu ketika di saat Rasulullah membaca khutbah yang antara lain menyatakan bahwa kepada seseorang hamba Allah ditawarkan untuk memilih dunia dan memilih ganjaran yang tersedia di sisi Allah, dan hamba Allah tersebut tidak akan memilih dunia, melainkan memilih apa yang tersedia di sisi Tuhan... Maka ketika meñdengar khutbah Nabi demikian itu Abu Bakar  lalu menangis tersedu-sedu, karena sedih dan terharu sebab beliau mendengar dan mengerti bahwa yang dimaksud dalam isi khutbah tersebut ialah bahwa umur kehidupan Rasul di dunia ini sudah hampir berakhir. Demikian kelebihan dan kefasihan Abu Bakar dibanding dengan para sahabat yang lain.

Keunggulan beliau dapat dilihat dengan jelas selepas wafatnya Rasulullah di kala mana ummat Islam hampir-hampir menjadi panik serta tidak percaya kepada kewafatannya. Bahkan sahabat besar Umar bin Khattab sendiri telah diselubungi kekacauan pikiran dan tampil ke muka umum sambil menantang sesiapa sahaja yang berani mengatakan baginda telah wafat. Ujar Umar, "Rasulullah tidak wafat, dia hanya pergi menghadap Allah sahaja seperti perginya Nabi Musa yang telah menghilangkan diri dan kaumnya selama empat puluh hari, kemudian pulang semula kepada kaumnya setelah diheboh-hebohkan wafatnya.

Ketika kegawatan itu berlaku Abu Bakar sedang berada di suatu kampung. Tatkala berita kewafatan Rasulullah itu sampai kepadanya, beliau dengan segera menuju ke Madinah. Di sana beliau dapati ramai orang sedang benkumpul mendengarkan pidato Umar bin Khattab tadi. Tanpa lengah-lengah lagi Abu Bakar terus ke rumah puterinya Siti Aisyah dan di sanalah beliau dapati tubuh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam terbujur di satu sudut rumah. Beliau lantas membuka wajah Rasulullah dan mengucupkannya, sambil benkata, "Wahai, betapa cantiknya engkau ketika hidup dan betapa cantiknya engkau ketika mati!" Kemudian beliau pun keluar mendapatkan orang ramai yang sedang dalam panik itu lalu berkata dengan nada yang keras:

"Wahai kaum Muslimin! Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah mati. Tetapi barang siapa yang menyembah Allah maka Allah selama-lamanya hidup tidak mati.". Seraya menyambung membacakan sepotong ayat dari Al Qur'an: "Muhammad itu tidak lebih dari seorang rasul seperti rasul-rasul yang terdahulu darinya. Jika ia mati atau terbunuh patutkah kamu berundur ke belakang. Sesiapa yang surut ke belakang, dia tidak akan membahayakan Allaah sedikit pun dan sesungguhnya Allah akan memberi ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur".

Setelah mendengar ayat itu, Umar bin Khattab pun terus rebah hingga barulah beliau dan orang ramai Islam yang telah mendengar pidatonya tadi mendapat kepastian bahawa Rasulullah sudah wafat. Kaum Muslimin tentunya telah pernah dengar ayat ini sebelumnya, kerana ayat itu telah turun semasa peperangan Uhud, ketika Rasulullah telah diberitakan mati terkorban dan menyebabkan banyak pejuang-pejuang Islam berundur ke Madinah. Tetapi mereka tidaklah memahami maksud ayat ini seperti yang dipahami oleh Abu Bakar. Ini jelas membuktikan kecerdasan Abu Bakar As-Siddiq dalam memahami Islam.

Ketika Rasulullah wafat, beliau memang tidak meninggalkan pesan tentang siapa yang patut menggantikan sebagai Khalifah ummat Islam. Tetapi setelah lama berbincang kaum Muslimin dengan suara ramai memilih Abu Bakar As-Siddiq sebagai Khalifah setelah namanya itu dicalonkan oleh Umar Ibnul Khattab. Pemilihan ini tentulah tepat sekali kerana pada pandangan kaum Muslimin memang beliaulah yang paling layak sekali memegang kedudukan itu memandangkan kelebihan-kelebihannya dari para sahabat yang lain. Apalagi beliaulah yang pernah ditunjuk oleh Rasul semasa hayatnya untuk menggantikan baginda sebagai imam sembahyang tatkala baginda sedang uzur.

Setelah dipilih oleh sebahagian besar ummat ketika itu Abu Bakar As-Siddiq pun memberikan ucapannya yang terkenal yang antara lainnya baginda berkata:

"Wahai sekelian ummat! Aku telah dipilih menjadi pemimpin kamu padahal aku ini bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Sebab itu jika pemerintahanku baik, maka sokonglah, tetapi jika tiada baik, maka perbaikilah. 

Orang yang lemah di antara kamu adalah kuat pada sisiku hingga aku harus menolongnya mendapatkan haknya, sedang orang yang kuat di antara kamu adalah lemah pada sisiku, hingga aku harus mengambil hak orang lain yang berada di sisi nya, untuk dikembalikan kepada yang berhak semula. Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dan RasulNya. Akan tetapi jika aku mendurhakai Allah, maka kamu sekelian tak harus lagi patuh kepadaku.

Aku dipilih untuk memimpin urusan ini padahal aku enggan menerimanya. Demi Allah aku ingin benar kalau ada di antaramu orang yang cakap untuk urusan ini. Ketahuilah jika kamu meminta kepadaku agar aku berbuat sebagai yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sungguh aku tidak mampu. Rasulullah adalah seorang hamba Allah yang mendapat wahyu dari Allaah, karena itu beliau terpelihara dari kesalahan-kesalahan, sedang aku ini hanyalah manusia biasa yang tidak ada kelebihannya dari seorangpun di antara kamu."


Ini adalah satu pembaharuan dalam pemerintahan yang belum pernah dikenali oleh rakyat jelata kerajaan Romawi maupun Persia yang memerintah dunia barat dan timur ketika itu. Beliau telah mematuhi manifesto politiknya. Beliau hidup seperti rakyat biasa dan sangat tidak suka diagungkan. Adalah diriwayatkan bahwa pada satu masa ada orang memanggilnya, "Ya Khalifah Allah! Beliau dengan segera meralat orang itu dengan berkata: "Saya bukan Khalifah Allah, saya hanya Khalifah Rasul-Nya!

Adalah diriwayatkan bahwa pada keesokan harinya iaitu sehari setelah baginda terpilih sebagai Khalifah, Abu Bakar kelihatan membawa barang perniagaannya ke pasar. Beberapa orang yang melihat itu lalu mendekati baginda, di antaranya Abu Ubaidah Bin Jarrah. Sahabat besar itu mendekatinya seraya berkata, "Urusan Khalifah itu tidak boleh dicampuri dengan berniaga." Lalu Abu Bakar  bertanya, "Jadi dengan apakah aku hidup, dan bagaimana aku mencukupi rumah tanggaku?" Demikian sedihnya nasib yang menimpa Abu Bakar sebab walaupun kedudukannya sebagai Kepala Negara namun belum ada lagi ketetapan untuk bagi seseorang kepala pemerintah Islam memperoleh gaji.

Keadaan ini mendapat perhatian dari para sahabat lalu mereka menentukan tunjangan secukupnya untuk beliau dan keluarga yang diambil dari Baitul Mal. Kemudian itu barulah Khalifah Abu Bakar meninggalkan usaha perniagaannya kerana hendak memusatkan seluruh tenaganya untuk mengembangkan agama Islam dan menjalankan tanggungjawabnya sebagai seorang Khalifah. Semasa hertugas sebagai Khalifah ummat Islam baginda hanya menerima gaji sebanyak enam ribu dirham saja setahun. Peruntukkan itu tidak dibelanjakannya untuk keperluan dirinya malahan sebelum wafatnya beliau telah memerintahkan supaya pendapatannya itu diserahkan kembali kepada Baitul Mal.

Sebelum beliau wafat, kepada Umar bin Khattab beliau mewasiatkan agar jangan menghiraukan jenazahnya nanti bila ia berpulang ke rahmatullah, melainkan haruslah dia segera mengirim bala tentara ke Iraq untuk membantu Al Muthanna yang sedang bertempur di Iraq. Abu Bakar tidak lupa mengingatkan Umar apa yang dikerjakannya di waktu Rasulullah wafat dan bagaimana cintanya kepada Rasul dan perhatiannya kepada jenazah baginda yang suci itu, tidak mengabaikannya dan melaksanakan kewajiban biarpun yang demikian itu amat berat bagi jiwanya. Dengarlah antara lain kata-katanya kepada Umar Ibnul Khattab.:

"Dengarlah hai Umar! Apa yang akan kukatakan ini dan laksanakanlah. Aku mengharap akan kembali ke hadirat Allah hari ini sebab itu sebelum matahari terbit pada esok hari engkau hendaknya telah mengirim bala hantuan kepada Al Muthanna. Hendaknya jangan sesuatu bencana bagaimana pun besarnya dapat melupakan kamu dan urusan agama dan wasiat Allaah. Engkau telah melihat apa yang telah kulakukan tatkala Rasulullah wafat sedang wafatnya Rasulullah itu adalah satu bencana yang belum pernah manusia ditimpa bencana yang sebesar itu. Demi Allah, andaikata di waktu itu aku melalaikan perintah Allah dan Rasul-Nya, tentu kita telah jatuh dan mendapat siksaan Allah, dan pasti pula kota Madinah ini telah jadi lautan api."

Dalam masa pemerintahannya yang singkat Abu Bakar As-Siddiq yang memerintah hanya dalam masa dua tahun itu telah meletakkan asas pembangunan sebuah pemerintahan Islam yang teguh dan kuat setelah berjaya mengatasi berbagai macam masalah dalam negeri dengan segala kebijaksanaan dan kewibawaannya. Beliau telah memenuhi segenap janji-janjinya dan dalam masa dua tahun pemerintahannya itu telah terbentuk rantai sejarah Islam yang merupakan lembaran-lembaran yang abadi.

Sungguh kehidupan Abu Bakar As-Siddiq adalah penuh dengan nasihat, penuh dengan ajaran serta kenang-kenangan yang indah mulia. Selama dua tahun pemerintahannya itu beliau telah berhasil menyusun tiang-tiang pokok dan kekuatan Islam. Beliau telah membangunkan kekuatan-kekuatan yang penting bagi pemeliharaan agama kaum Muslimin dan keagungan Agama Islam. Bahkan beliau telah mengakhiri pemerintahan yang dipimpinnya dengan menundukkan sebagian negeri Syam dan sebagian negeri Iraq, ia pulang ke rahmatullah dengan dada yang lapang, ketika umur menginjak 63 tahun. Beliau dikebumikan di samping makam Rasulullah di Masjid Nabawi.

Semoga riwayat serta penjuangan beliau menjadi contoh ibadat yang murni bagi sekalian kaum Muslimin.


Tata Cara Sholat Nabi Muhammad : 
Click Link di bawah ini !

11 comments:

  1. subhanallah..sebuah perjalanan hidup yang patut dijadikan contoh seperti dimasa2 sekarang..wallahu'alam..

    ReplyDelete
  2. Subhanallah.. Abu Bakar is Great!

    ReplyDelete
  3. begitu lembut hati yang di penuhi iman dan kecintaan terhadap ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala. segala sesuatu dan hal hanya di sandarkan kepadaRidho-Nya semata........

    ReplyDelete
  4. subhanallah....
    begitu lembut hati yang di penuhi keimanan & kecintaan terhadap ALLAH Subhanahu Wata'ala dan rasul-Nya....
    segala hal dan sesuatu hanya di sandarkan atas semata-mata untuk Keridhoan-Nya .....

    ReplyDelete
  5. Contoh yang paling sempurna kecintaan dan ketaatan kepada Rasulullah SAW, semoga ana bisa meneladani beliau meski sedikit. Mohon ijin memposting ulang demi kebaikan umat, Jazakallah.

    ReplyDelete
  6. assalamu'alaikum
    izin copaz dan link blog yaa akhi
    jazakumullah

    ReplyDelete
  7. Jzkk atas pengongsian ini. Subhanallah. Baru hari ni dapat merasai betapa hebatnya saidina abu bakar. Smuga kisahnya menjiwai dlm khdupan hari harian kita.

    ReplyDelete
  8. Hanya Engkau yg tahu Ya ALLAH,, betapa bergetarnya hatiku,dan hanya Engkau yg tahu doaku ketika air mataku jatuh,,, Subhanallah,,,

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah contoh buat hamba,untuk bisa menjalani kehidupan yg lebih baik lagi.

    ReplyDelete

Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)