Saturday, March 24, 2012

Utsman bin Affan radhiyallaahu 'anhu - Biografi

Utsman bin Affan radhiyallaahu 'anhu adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alaihi Wassalam yang paling pemalu. Ia termasuk salah satu Khalifah (Khulafaur Rosyidin) ke tiga yang memerintah setelah kematian sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu

Utsman memerintah dari tahun 644 M (umur 69–70 tahun) hingga 656 M (selama 11–12 tahun). Selain pemalu, beliau merupakan ekonom yang sangat handal dan saudagar yang kaya raya tetapi sangatlah dermawan.


Rasulullah sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”

Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin Affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada akhir tahun 574 Masehi. Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi Muhammad, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.


Ciri-ciri dan Akhlak Utsman bin Affan

Utsman bin Affan salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk surga dan salah seorang anggota dari enam orang anggota Syura serta salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih menjadi khalifah sesuai dengan kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar juga merupakan khulafaur Rasyidin yang ketiga, imam mahdiyin yang diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka.

Utsman bin Affan menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.

Utsman bin Affan adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang tidak terlalu lebat namun panjang, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yang berwarna sawo matang. Dikatakan pada wajah beliau terdapat bekas cacar.

Dari az-Zuhry berkata, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar dan mempunyai kedua telapak kaki lebar. Beliau memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang fana. Mungkin beliau bermaksud untuk mendorong mereka agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal daripada sesuatu yang fana. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah. Terkadang beliau memberikan harta kepada suatu kaum dan tidak memberi kaum yang lain karena khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka. Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah atas pembagian harta rampasan perang Hunain.

Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya. Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubair bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya.


Islam dan Jihad Utsman bin Affan

Utsman bin Affan. masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ra. ash-Shiddiq. Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqayah binti Rasulullah. Kemudian kembali ke Makkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak dapat ikut serta pada perang Badar karena sibuk mengurusi putri Rasulullah (istri beliau) yang sedang sakit. jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rasulullah memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap ikut serta dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah menikahkannya dengan adik istrinya yang bernama Ummu Kaltsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. 

Utsman bin Affan ikut serta dalam peperangan Uhud, Khandaq, Perjanjian Hudaibiyah yang pada waktu itu Rasulullah membai’atkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri. Utsman bin Affan juga ikut serta dalam peperangan Khaibar, Tabuk, dan beliau juga pernah memberikan untuk pasukan ‘Usrah sebanyak tiga ratus ekor unta dengan segala perlengkapannya.Dari Abdurrahman bin Samurah bahwa pada suatu hari Utsman bin Affan datang membawa seribu dinar dan meletakkannya di kamar Rasulullah. Rasulullah bersabda, ”Tidak ada dosa bagi Utsman setelah ia melakukan ini (diucapkan dua kali).”

Rasulullah pergi menunaikan haji Wada’ bersama Utsman bin Affan. Rasulullah wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya. 

Utsman bin Affan menjadi khalifah setelah Umar. banyak menaklukkan berbagai negara melalui tangan beliau. Semakin lebarlah wilayah negara Islam dan bertambah luaslah negara Muhammadiyah ini serta sampailah misi Rasulullah saw. Ke sebelah timur dan barat bumi ini. Nampaklah kebenaran Firman Allah,“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shAli ra.h bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (An-Nur: 55). Firman Allah, “Dia-lah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik bend.“ (Ash-Shaf: 9).

Rasulullah bersabda: “jika Kaisar mati maka tidak lagi kaisar setelahnya dan jika Kisra meninggal maka tiada lagi Kisra setelahnya, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya harta-harta karun mereka akan di gunakan untuk perang di jalan Allah.” Semua ini terjadi dan terbukti pada zaman Utsman bin Affan.


Berita Gembira Tentang Beliau Penduduk Surga

Rasulullah bersabda: “Siapa saja yang menggali Sumur Rumata maka untuknya surga.” Maka sumur tersebut digali oleh Utsman.

Beliau bersabda lagi: “Barangsiapa yang mendanai pasukan ‘Usrah maka untuknya surga.” Maka Utsman mendanai pasukan tersebut.

Dari Abu Musa al-Asy’ary bahwa Rasulullah masuk ke dalam sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki meminta izin untuk masuk, beliau bersabda: “Izinkan ia masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata’ lelaki tersebut adalah Abu Bakar. Lantas datang lelaki lain meminta izin agar diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan ia masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki tersebut adalah Umar bin Khaththab. Kemudian datang seorang lelaki meminta izin untuk masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan. Hammad berkata, “Telah mengatakan kepada kami ‘Ashim al-Ahwal dan Ali Bin al-Hakam, mereka berdua telah mendengar bahwa Abu Utsman al-Hindy menceritakan dari Abu Musa seperti hadits tersebut dan Ashim manambahkan bahwa Nabi sedang duduk di suatu tempat yang disana terdapat air sambil menyingkapkan kedua betis beliau atau lututnya di saat Utsman bin Affan masuk beliau menutup lututnya.


Utsman Memenuhi Panggilan Allah dan RasulNya dan Berhijrah Dua Kali.

Dari Ibnu Syihab ia berkata,’”Urwah telah mengabarkan kepadaku bahwa Ubaidillah bin ‘Ady bin al-Khiyar telah mengabarkan kepadaku bahwa Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin al-Aswad bin Abdul Yaghuts telah berkata, ‘Apa yang menghalangimu untuk berbicara kepada Utsman tentang saudaranya Al-Walid, karena orang-orang sedang sibuk membicarakan tentang permasalahan tersebut. Aku berniat menemui Utsman hingga ia keluar untuk mengerjakan shalat. Kukatakan kepadanya, ‘Ada yang perlu aku bicarakan denganmu yang isinya merupakan nasihat untukmu." Beliau berkata, ‘Hai lelaki menjauhlah!’ -Ma’mar berkata, ‘Aku mengira beliau berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu.’- Kemudian aku pun kembali menemui keduanya.

Kemudian datanglah utusan dari Utsman dan aku mendekatinya. Ia berkata, ‘Apa isi nasihatmu?’ Aku katakan, ‘Se-sungguhnya Allah telah mengurus Muhammad dengan membawa kebenaran serta menurunkan kitab kepada beliau sedang kamu adalah salah seorang yang memenuhi panggilan Allah dan RasulNya, engkau juga telah melakukan hijrah dua kali, telah menemani Rasulullah dan telah melihat langsung sunnah beliau. Lihatlah masyarakat sedang sibuk membicarakan tentang kasus Al-Walid.’ Ia bertanya, ‘Apakah engkau sempat menemui Rasulullah?’ Aku jawab, Tidak, tetapi ilmu beliau yang murni telah sampai kepadaku sebagaimana sucinya seorang perawan dibalik hijabnya.’

Ia berkata, ‘Amma Ba’du, Sesungguhnya Allah telah mengurus Muhammad dengan membawa kebenaran dan aku termasuk salah seorang yang memenuhi panggilan Allah dan RasulNya, aku beriman dan apa yang dibawa beliau, aku juga melakukan hijrah dua kali -sebagaimana yang telah engkau katakan- dan aku juga telah menemani dan membai’at Rasulullah. Demi Allah aku tidak pernah mendurhakai dan mengkhianati beliau hingga Allah mewafatkan beliau, demikian juga Abu Bakar dan Umar kemudian aku diangkat menjadi khalifah, bukankah aku memiliki haq seperti haq mereka?’ Aku jawab, ‘Benar.’ Ia berkata lagi, ‘Ada apa dengan berita-berita yang sampai kepadaku? Adapun tentang permasalahan Al-Walid akan kita selesaikan dengan benar insya Allah.’ Kemudian beliau memanggil Ali bin Abi Thalib dan memerintahkannya agar mendera Al-Walid sebanyak delapan puluh kali”


Kabar Gembira Bahwa Beliau Mati Syahid

Diriwayatkan dari Qatadah bahwa Anas bin Malik berkata, “Rasulullah saw. memanjat gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman lantas gunung tersebut bergetar. Beliau bersabda: “Tenanglah wahai Uhud! -aku perkirakan beliau menghentakkan kakiny tidak ada siapa-siapa di atasmu melainkan hanya seorang Nabi, Ash-Shiddiq dan dua orang syahid.“


Tingkat Keistimewaan Utsman bin Affan

Diriwayatkan dari Ibnu Umar berkata, “Pada zaman Rasulullah, kami tidak menyamakan Abu Bakar dengan sahabat yang lain kemudian Umar. Dan kemudian Utsman. Setelah itu kami tidak mengistimewakan antara satu sahabat dengan sahabat yang lain.”


Persaksian Ibnu Umar Tentang Keistimewaan Utsman dan Pembelaannya Terhadap Beliau

Diriwayatkan dari Utsman bin Mauhab ia berkata, “Seorang lelaki datang dari Mesir untuk melaksanakan haji, lantas ia melihat suatu kaum sedang duduk-duduk, ia bertanya, ‘Siapa mereka?’ Mereka mengatakan, ‘Mereka adalah kaum Quraisy.’ Ia bertanya lagi, ‘Siapa yang paling Alim di antara mereka?’ Mereka jawab, ‘Abdullah bin Umar.’ Kemudian ia berkata kepadanya, ‘Wahai Ibnu Umar, aku ingin bertanya sesuatu kepada anda maka tolong dijawab! Apakah anda tahu bahwa Utsman lari meninggalkan pasukan pada perang Uhud?’ Ibnu Umar. menjawab, ‘Benar.’ Ia kembali bertanya, ‘Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut dalam perang Badar?’ Ibnu Umar ra. menjawab, ‘Benar.’ Ia kembali bertanya, ‘Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut pada Bai’at Ridhwan?’ Ibnu Umar ra. menjawab, ‘Benar.’ Lelaki itu berkata, ‘Allahu Akbar." Ibnu Umar berkata, ‘Kemarilah aku akan jelaskan kepadamu tentang permasalahan tersebut.

Adapun mengenai larinya beliau dari perang Uhud sesungguhnya ia telah mendapat ampunan dari Allah, ia tidak dapat ikut serta dalam perang Badar karena ia sedang disibukkan mengurus istri beliau yakni putri Rasulullah yang sedang sakit dan Rasulullah bersabda kepadanya, ‘Sesungguhnya engkau mendapatkan pahala seorang yang ikut serta dalam perang Badar dan engkau juga mendapatkan bagian pada harta rampasannya.‘

Adapun ketidak ikutsertaan beliau pada Bai’at Ridhwan, kalaulah sekiranya ada seorang yang lebih terhormat di Kota Makkah selain Utsman tentunya Rasulullah akan menggantikan Utsman dengan orang tersebut. Namun Rasulullah tetap mengirimkan Utsman ke Makkah dan Bai’at Ridhwan terjadi setelah kepergian Utsman ke Makkah, Rasulullah mengisya-ratkan dengan tangan kanannya seraya bersabda, ‘Ini adalah tangan Utsman.’ Lantas menepukkannya dengan tangan beliau dan bersabda, ‘Ini adalah bai’at Utsman.’ Ibnu Umar berkata kepada lelaki itu, ‘Nah bawalah berita ini karena sekarang engkau sudah tahu’.”


Rasa Malu yang Dimiliki Utsman bin Affan 

Imam Ahmad berkata, “Hajjaj telah mengatakan kepada kami dan berkata, Laits telah mengatakan kepada kami dan berkata, Uqail telah mangabarkan kepadaku dari Ibnu Syihab dari Yahya bin Sa’id bin al-’Ash bahwa Sa’id bin al-’Ash telah menceritakan kepadaku bahwa ‘Aisyah istri Nabi dan Utsman telah menceritakan kepadanya bahwa Abu Bakar meminta izin kepada Rasulullah dan beliau sedang berbaring di tempat tidurnya sambil berselimut dengan selimut ‘Aisyah. Rasulullah memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula. Setelah Abu Bakar menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Kemudian Umar datang meminta izin kepada Rasulullah. Rasulullah saw. memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula.

Setelah Umar menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Lalu Utsman berkata, ‘Lantas aku pun minta izin, lalu Rasulullah duduk dan bersabda kepada ‘Aisyah, ‘Ambillah selimutmu!’ Setelah aku menyelesaikan hajatku, akupun pergi. ‘Aisyah berkata, ‘Ya Rasulullah saw.! Aku melihat engkau menyambut Abu Bakar ra. dan Umar ra. tidak seperti sambutanmu terhadap Utsman?’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya Utsman adalah seorang pemalu, aku khawatir jika aku menyambutnya dalam posisi seperti itu, ia tidak jadi mengungkapkan keperluannya.’

Laits berkata, ‘Sekelompok orang berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah Bersabda kepada ‘Aisyah, Tidakkah aku merasa malu sebagaimana malunya malaikat terhadap dirinya?’. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Muhammad bin Abi Har-malah dari ‘Atha’ dan Sulaiman (keduanya adalah anak Yasar) dan Abi Sala-mah bin Abdur Rahman dari ‘Aisyah ra.. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Mushily dari Suhail dan Ayahnya dari ‘Aisyah. Dan diriwayatkan Jubair bin Nufair dan ‘Aisyah binti Thalhah dari ‘Aisyah.”

Imam Ahmad berkata, “Waqi’ telah mengatakan kepada kami dari Sufyan dari Khalid al-Hadzdza’ dari Abi Qilabah dari Anas, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, ”Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas terhadap agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling hafal tentang al-Qur’an adalah Ubay dan yang paling mengetahui tantang ilmu trans adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mem-punyai seorang yang terpercaya dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu ‘ Ubaidah bin al-Jarrah.
[Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dari hadits Khalid al- Hadzdza’. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”]


Kedudukan Utsman bin Affan di Tengah Umat

Imam Ahmad berkata, “Abu Dawud -Umar bin Sa’ad- telah mengatakan kepada kami, ‘Badar bin Utsman telah mengatakan kepada kami dari Ubaidah bin Marwan dari Abi ‘Aisyah dari Umar radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, ‘Rasulullah keluar mendatangi kami setelah terbit matahari dan bersabda, ‘Aku melihat sebelum fajar seakan-akan aku diberi al-maqalid dan timbangan. Adapun almaqalid adalah kunci-kunci dan timbangan adalah alat yang biasa kalian pakai untuk menimbang. Kemudian aku diletakkan pada daun timbangan yang satu dan umatku diletakkan - pada daun timbangan yang lain dan ternyata aku lebih berat. Kemudian didatangkan Abu Bakar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Abu Bakar lebih berat dari mereka. Lantas didatangkan Umar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Umar lebih berat dari mereka. Lalu didatangkan Utsman dan ditimbang dengan mereka, ternyata Utsman lebih berat dari mereka. Kemudian mimpi tersebut terputus.’ Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad’.

Sufyan bin Ya’qub berkata, “Hisyam bin ‘Ammar telah mengatakan kepada kami dan berkata,’ Amr bin Waqqid telah mengatakan kepada kami dan berkata, ‘Yunus bin Maisarah telah mengatakan kepada kami dari Abi Idris dari Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu 'anhu berkata, ‘Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam bersabda, ”Sesungguhnya aku melihat bahwa aku diletakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih berat dari mereka. Lantas diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih berat dari mereka. “


Wasiat Nabi Kepada Utsman bin Affan Agar Tetap Sabar dan Tidak Memenuhi Tuntutan Agar la Turun dari Jabatan

Abu Abdullah al-Jasry telah meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallaahu 'anha dan Hafshah radhiyallaahu 'anha seperti hadits telah lalu. Qais bin Abi Hazim dan Abu Sahlah dari ‘Aisyah radhiyallaahu 'anha, Abu Shalah meriwayatkan dari Utsman bahwa Rasulullah mengambil suatu perjanjian dariku agar aku sabar melaksanakannya (Kepemimpinan). Faraj bin Fudhalah meriwayatkan dari Muhammad bin al-Walid az-Zubaidy dari Zuhry dari ‘Urwah dari Aisyah kemudian menyebutkan hadits tersebut.”Adalah Darul Quthny berkata, “Hanya al-Faraj bin Fudhalah yang meriwayatkan hadits ini.”


Persaksian ‘Aisyah ra. Terhadap Utsman bin Affan

Imam Ahmad berkata, “Abdush Shamad telah mengatakan kepada kami dan berkata, Fathimah binti Abdurrahman telah mengatakan kepadaku bahwa ia berkata, Ibuku telah menceritakan kepadaku bahwa ia pernah bertanya kepada ‘Aisyah ra. dengan mengutus pamannya, ‘Salah seorang anakmu mengirimkan salam untukmu dan bertanya tentang Utsman yang sedang di-cela oleh banyak orang.’ Beliau menjawab, ‘Semoga Allah Subhana wa ta'ala. melaknat orang yang melaknat Utsman. Demi Allah waktu itu ia sedang duduk di sisi Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam  dan Rasulullah sedang menyandarkan punggungnya kepadaku dan Jibril sedang menyampaikan wahyu al-Qur’an, beliau bersabda, Tulislah wahyu tersebut ya ‘Utsaim (Utsman).’ ‘Aisyah radhiyallaahu 'anha berkata, ‘Tidaklah Allah Subhana wa ta'ala. menempatkan seseorang pada kedudukan seperti itu melainkan orang tersebut telah bersikap mulia terhadap Allah dan RasulNya’.”

Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan dari Yunus dari Umar bin Ibrahim al-Yasykary dari ibunya bahwa ia bertanya kepada Aisyah tentang Utsman di dekat Ka’bah. Kemudian ia menyebutkan hadits tersebut.


Berita Tentang Terjadinya Fitnah yang Menyebabkan terbunuhnya Utsman dan Beliau Berada di Atas Kebenaran

Imam Ahmad berkata, “Aswad bin Amir telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Sinan bin Harun telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Kulaib bin Waail telah mengatakan kepada kami dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhu ia berkata bahwa Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam. Pernah menceritakan tentang fitnah dan beliau bersabda, ‘Orang yang menyelimuti mukanya ini, akan terbunuh secara zhalim pada waktu itu.’Lalu aku melihat orang tersebut, ternyata ia adalah Utsman bin Affan”. [Hadits ini juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibrahim bin Sa’ad dari Syadzan. Beliau mengatakan, “Hadits ini hasan gharib dari sisi ini dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu”]

Imam Ahmad berkata, “Affan telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Wuhaib telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Musa bin ‘Utbah telah mengatakan kepada kami, kakekku dan bapak ibuku Abu Habibah telah mengatakan kepadaku bahwa ia masuk ke dalam rumah dan Utsman sedang terkepung di dalamnya. Beliau mendengar Abu Hurairah yang meminta izin untuk bicara maka beliau mengizinkannya. Ia berdiri seraya memuji Allah Subhana Wa Ta'ala. lantas berkata, “Aku mendengar Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam bersabda, ‘Sesungguhnya engkau akan menemui fitnah dan perselisihan setelahku nanti atau beliau berkata perselisihan dan fitnah- salah seorang bertanya, “Siapa yang hams kami ikuti ya Rasulullah saw.?’ Beliau menjawab, ‘Ikutilah al-Amin ini dan para sahabatnya.’ Sambil menunjuk kepada Utsman’.[Ibnu Katsir berkata, “Imam Ahmad yang meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang hasan jayyid. Tidak ada yang mengeluarkannya dari jalur ini.”]

Imam Ahmad berkata, “Abu Usamah Hamad bin Usamah telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Kahmas bin al-Hasan telah me-ngatakan kepada kami dari Abdullah bin Syaqiq ia berkata, Harmy bin Harits dan Usamah bin Khuraim (pada saat itu sedang berperang) telah mengatakan kepadaku dan mereka berdua mengisahkan satu hadits, mereka tidak menyangka bahwa masing-masing mereka telah menceritakan hadits tersebut kepadaku dari Murrah al-Bahzy ia berkata, ‘Di saat kami bersama Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam  di sebuah jalan yang ada di Madinah beliau bersabda, “Apa yang akan kalian lakukan jika fitnah menerjang seluruh penjuru bumi bagaikan tanduk sapi?” mereka bertanya, “Apa yang harus kami lakukan ya Rasululah?” Beliau menjawab, “Ikutilah orang ini dan sahabat-sahabatnya.” Akupun mempercepat jalanku agar jelas bagiku hingga aku mendekati lelaki tersebut lalu kukatakan, “Apakah dia yang engkau maksud ya Rasulullah?” Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam menjawab, ” Ya dia.” Ternyata lelaki itu adalah Utsman bin Affan radhiyallahu' anhu. Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam berkata lagi, “Ya dia dan sahabat-sahabatnya.”

At-Tirmidzi berkata dalam Jami’nya, “Muhammad bin Basyar telah mengatakan kepada kami, ‘Abdul Wahhab Ats-Tsaqafy telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, ‘Ayyub telah mengatakan kepada kami dari Abu Qilabah dari Abi al-’Ats’ats ash- Shan’any, bahwa para khatib berbicara di negeri Syam dan di antara mereka ada sahabat Nabi | kemudian berdiri orang yang terakhir bernama Murrah bin Ka’ab seraya berkata, ‘Kalau tidak karena hadits dari Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam aku tidak akan berbicara. Lantas ia menyebutkan tentang fitnah dan menyebutkan seorang lelaki yang sedang menyelimuti mukanya dengan kain, kemudian Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam bersabda, "Adapun din ini pada saat itu berada di atas petunjuk." Maka akupun mendatanginya yang ternyata adalah Utsman bin Affan, lalu aku menghadap Rasulullah shalallaahu 'alaihi wassalam  dan kukatakan, ‘Apa dia yang engkau maksud?’ Beliau menjawab, ‘Benar’.” [At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini sanadnya hasan shahih.”]


Kesungguhan Utsman bin Affan Dalam Beribadah

Telah diriwayatkan dari berbagai jalur bahwa beliau pernah shalat dengan mambaca semua al-Qur’an pada satu rakaat di kamar al-Aswad pada musim haji. Dan ini adalah ketekunan beliau. Kami telah meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu bahwa ia berkata tentang Firman Allah Subhana Wa Ta'ala, ” (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya.” (Az-ZUmar ra.: 9).

Ibnu Abbas rhadiyallahu 'anhu dalam mengomentari Firman Allah Subhana wa ta'ala, “Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atasjalan yang lurus.” (An-Nahl: 76) “Bahwa yang dimaksud dalam ayat itu adalah Utsman bin Affan” 


Istri dan Putra-putra Utsman bin Affan

Beliau menikahi:

Ruqayah binti Rasulullah saw. dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa jahiliyah beliau berkuniah Abu ‘Amr.

Setelah Ruqayah wafat, beliau menikahi adiknya yang bernama Ummu Kaltsum dan kemudian .Ummu Kaltsum pun wafat.

Kemudian beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah al-Ashghar.

Lantas beliau menikahi Ummu ‘Amr binti Jundub bin ‘Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama Amr, Khalid, Aban, ‘Umar ra. dan Maryam.

Lalu beliau menikah dengan Fathimah binti Al-Walid bin Abdusy Syamsy bin al-Mughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah Al-Walid, Sa’id dan Ummu Utsman.

Kemudian menikahi Ummu al-Banin binti ‘Uyainah bin Hishn al-Fazariyah dan dianugerahi seorang anak yang bernama Abdul Malik dan dikatakan ‘Utbah.

Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaibah bin Rabi’ah bin Abdusy Syamsy bin Abdul Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orang anak yang bernama ‘ Aisyah, Ummu Aban, Ummu ‘Amr dan Banat Utsman.

Lalu beliau menikah dengan Na’ilah binti al-Farafishah bin al-Ahwash bin ‘Amr bin Tsa’labah bin al-Harits bin Hishn bin Dhamdham bin ‘Ady bin Junab bin Kalb dan dianugerahi seorang anak yang bernama Maryam dan dikatakan juga dengan ‘ Anbasah.


Wasiat-wasiat Utsman bin Affan

Hisyam bin ‘Urwah berkata dari ayahnya bahwa Utsman memberikan wasiat kepada Zubair. Al-Ashma’i berkata, “Dari al-’Ala’ bin al-Fadhl dari ayahnya berkata, “Ketika Utsman bin Affan terbunuh mereka memeriksa lemari-lemarinya dan mereka dapati di dalamnya sebuah kotak yang terkunci. Setelah mereka buka ternyata isinya adalah selembar kertas yang bertuliskan:

"Ini adalah wasiat Utsman:
Dengan Nama Allah Yang Malm Pengasih lagi Penyayang “Utsman bin Affan bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah SWT. semata tiada sekutu bagi-Nya dan bahwasannya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Surga itu benar adanya dan neraka itu juga benar adanya. Bahwasanya Allah Subhana Wa Ta'ala akan membangkitkan manusia dari dalam kubur di hari yang tidak diragukan lagi dan Allah Subhana Wa Ta'ala tidak akan menyelisihi janji-Nya. Di atasnya manusia hidup dan di atasnya pula manusia mati dan di atasnya juga akan dibangkitkan kembali insya Allah.”


Kekhalifahan Utsman bin Affan

Masa khilafahnya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas hari. Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.

Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.

Sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat keberatan. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.

Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah. Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.

Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khattab biasanya mengadili suatu perkara di masjid.

Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.

Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.


Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah

Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)


Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman

Konflik Selama Kekhalifahan

Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab. Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.

Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.

Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.

Karena tuntutan orang Mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke Mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke Mesir, mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru). Karena itu, mereka kembali lagi ke Madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.

Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal :

1. Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
2. Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.

Kedua tuntutan tidak dikabulkan; yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada pesan Rasullulah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan” 

Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.


Wafatnya Utsman bin Affan

Setelah rangkaian konflik pada masa pemerintahannya, Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran.

Perihal peristiwa kematian ini persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Utsman bin Affan wafat pada 18 Dzulhijah tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Teriring doa bagi beliau, semoga kita bisa meneladani keutamaan beliau radhiyallaahu 'anhu.


Tata Cara Sholat Nabi Muhammad : 
Click Link di bawah ini !

4 comments:

  1. subhana allah allhamdulillah kerasnya perjuangan para nabi nabi terdahulu dan para sohabatnya tentanng sejarah islam saya bangga menjadi umat muslim ;o

    ReplyDelete
  2. izin share di media sosial saya ya...thankz

    ReplyDelete
  3. Mohon maaf sya copy u/bahan tugas. syukron

    ReplyDelete

Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)