Pages

Wednesday, December 10, 2014

Kunci Rezeki Kaum Muslimin

Kaum muslimin sangatlah berbeda dari kaum kafirin dari banyak aspek, baik ibadah maupun muamalah sesama manusia. Termasuk dalam hal rezeki, tidaklah bisa kita menerapkan prinsip-prinsip yang dipegang kaum kafir untuk kita (kaum muslimin) jadikan pedoman mencari rezeki, kita akan jatuh, bangkrut, terhina, dan akhirnya dijebloskan Allaah ke dalam neraka.

Mereka kaum kafir dan pelaku maksiat dari kaum muslimin yang sukses mendapatkan rezeki dunia seringkali membagi kiat-kiat kesuksesan mereka, dan dengan bodohnya banyak yang mengikuti kiat tersebut, kebanyakan pada akhirnya kiat itu tidaklah berguna. Perlu diingat, kita adalah muslim, kita lain dengan orang kafir, kita memiliki cara tersendiri yang sudah ada tuntunannya dalam agama untuk meraih kesuksesan dunia. Hanya cara dalam tuntunan syariat lah yang bisa menghantarkan seorang muslim meraih kesuksesan, baik sukses dunia maupun akhirat.


Mengapa Orang Kafir dan Pelaku Maksiat Banyak Kaya, sedangkan Muslim Kebanyakan Miskin, bukankan kita berada di atas agama Allaah ?


Pertanyaan ini seringkali menghantui seorang muslim. Mari kita perhatikan hadits berikut:

Suatu hari Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu mendatangi rumah Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam. Dan beliau sedang tidur di atas dipan yang terbuat dari serat, sehingga terbentuklah bekas dipan tersebut di lambung beliau. Tatkala Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu melihat hal itu, maka ia pun menangis. Nabi yang melihat Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu menangis kemudian bertanya, “Apa yang engkau tangisi wahai Umar?” Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu menjawab, “Sesungguhnya bangsa Persia dan Roma diberikan nikmat dengan nikmat dunia yang sangat banyak, sedangkan engkau Rasululaah dalam keadaan seperti ini?” Nabi pun berkata, “Wahai Umar, sesungguhnya mereka adalah kaum yang Allah segerakan kenikmatan di kehidupan dunia mereka.” (HR. Al-Bukhari No. 2468)


Hadits ini menunjukkan bahwa orang kafir disegerakan nikmatnya di dunia, itu adalah istidraj (Nikmat yang Allah beri pada pelaku maksiat/kekafiran dengan tujuan agar mereka semakin tenggelam dalam dosa akibat dari perbuatan maksiat/kekafirannya) dari Allah. Namun apabila mereka mati kelak, sungguh adzab yang Allah berikan sangatlah pedih. Dan adzab yang akan mereka terima kelak semakin bertambah tatkala mereka terus berada di dalam kedurhakaan kepada Allah ta’ala.

Lalu bagaimana dengan orang kafir yang hidupnya sengsara di dunia? Maka sungguh kesengsaraannya di dunia adalah syurga baginya dibanding keadaannya kelak di akhirat.


Amalan Kaum Muslimin Untuk Meraih Kesuksesan


Akidah yang Harus Ditanamkan


1. Menanamkan kepercayaan sedalam-dalamnya bahwa Allaah-lah yang memberikan rezeki, sedangkan yang lain hanyalah jalan yang Allaah sediakan untuk menyampaikan rezeki itu kepada kita. Jangan pernah bersandar kepada jalan, namun bersandarlah pada Dia yang memberikan jalan.


Allaah Subhana Wa Ta'ala berfirman (yang artinya): “…. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allaah niscaya Allaah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allaah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allaah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq 2-3)


2. Menanamkan ke dalam hati untuk memprioritaskan kehidupan akhirat, menanamkan rasa takut akan nasib kehidupan di akhirat yang sebentar lagi akan dihadapi, dan kehidupan dunia hanyalah sebagai usaha untuk memperoleh kebahagiaan akhirat, yaitu berupa pengampunan Allaah, terselamatkan dari adzab kubur, hisab, dan neraka, serta meraih syurga-Nya.


Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bersabda (yang artinya) :

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya).“ (HR Ibnu Majah no. 4105, Ahmad (5/183), ad-Daarimi no. 229, Ibnu Hibban no. 680, dll.)


3. Menanamkan ke dalam hati bahwa tidak akan mati seseorang sebelum sempurna jatah rezeki yang Allaah telah tetapkan untuknya 50.000 tahun sebelum langit dan bumi diciptakan. Hanya dengan doa diiringi ketaatan maka rezeki bisa diperoleh lebih dari yang telah ditetapkan, dan dengan maksiat ia akan memperoleh hanya yang telah ditetapkan saja.


Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bersabda (yang artinya) : 
“Sesungguhnya malaikat Jibril membisikkan dalam benakku bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itu hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Apabila datangnya rezeki itu terlambat, janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya.” (HR. Al-Hakim)

Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bersabda (yang artinya) :

أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَوْفِي رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ خُذُوْا مَا حَلَّ وَدَعُوْا مَا حَرُمَ.

"Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati hingga sempurna rizkinya. Meskipun (rizki itu) bergerak lamban. Maka, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR Ibnu Majah no. 2144, Ibnu Hibban no. 1084, Al-Hakim (II/4), dan Baihaqi (V/264), Silsilah al Ahadits ash-Shahihah no. 2607)


Amalan Syariat

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan:

Ada empat hal pelancar rezeki:
  1. Shalat malam (dengan niat ikhlas mencari ampunan Allaah) (boleh untuk berdoa memohon ampunan Allaah dan kelancaran rezeki saat sujud solat atau setelah tasyahud)
  2. Memperbanyak istighfar (memohon ampun atas dosa) di waktu sahur
  3. Membiasakan sedekah (dengan niat ikhlas mencari ampunan Allaah)
  4. Berzikir di pagi (setelah solat subuh) dan petang (setelah solat asar) dengan zikir-zikir yang disunnaahkan Rasulullaah.
Ada empat hal penghambat rezeki:
  1. Tidur pagi
  2. Sedikit shalat
  3. Malas-malasan
  4. Sifat khianat
(Zaadul Ma’ad, 4: 378, Ibnul Qoyyim)

Bangsa Arab khususnya kaum Quraisy dengan berpedoman pada ilmu agama dengan iman yang kuat, telah merubah nasib mereka yang dahulu terhina, jahil, miskin, dan terpecah belah, sehingga menjadi satu-satunya bangsa yang pernah menguasai 2/3 dunia. Semakin ajaran Islam ditinggalkan, semakin lemah dan terhina kaum muslimin.

Seseorang yang betul-betul mengamalkan akidah dan amalan syariat di atas maka akan dilihat dari keinginannya untuk menuntut ilmu agama di atas jalan yang dilalui Rasulullaah dan para sahabatnya.

Sungguh sukses dunia hanya melalui jalan kesuksesan akhirat, dan ini adalah jalan yang penuh dengan perjuangan.. Semoga bermanfaat.


By: Abi Zam
Bandung, 18 Shafar 1436 H

No comments:

Post a Comment

Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)