Thursday, February 20, 2014

Keutamaan Bulan-Bulan Haram


Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman : 

(إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ)

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu." (At Taubah: 36)


Di dalam ayat yang mulia ini, Allah ta'ala telah menjelaskan pada kita bahwasanya bulan yang ada pada kehidupan kita di dunia ini berjumlah dua belas bulan. Dan diantara dua belas bulan tersebut ada empat bulan yang dinyatakan oleh Allah ta'ala sebagai bulan-bulan haram. Maka akan timbul di benak kita, apa yang dimaksud dengan bulan haram tersebut? dan apa saja bulan haram yang telah Allah nyatakan dalam ayat diatas? dan apa yang membedakan bulan haram dengan bulan-bulan lainnya? serta mengapa ia dinamakan dengan nama tersebut?

Insya Allah ta'ala para pembaca sekalian akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas didalam tulisan yang ringkas ini, yang akan kita bagi menjadi beberapa sisi pembahasan, diantaranya:


1. Makna dari Bulan Haram

Bulan haram yang telah disebutkan oleh Allah ta'ala pada ayat diatas adalah semakna dengan apa yang telah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang shahih,

إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله السماوات والأرض ، السنة اثنا عشر شهرا ، منها أربعة حرم ، ثلاث متواليات : ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ، ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان

"Sesungguhnya zaman ini telah berjalan (berputar) sebagaimana perjalanan awalnya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, yang mana satu tahun itu ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram, tiga bulan yang (letaknya) berurutan, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab Mudhar yang berada diantara Jumada (Akhir) dan Sya'ban." 
(HR. Al Bukhari: 4385 dan Muslim: 1679)

Dalam hadits diatas, disebutkan secara terperinci apa saja bulan-bulan haram yang telah Allah sebutkan didalam ayatnya. Yaitu tiga bulan berurutan yang dimulai dari Bulan Dzul Qa'dah sampai bulan Muharram. Dan satu bulan yang terletak diantara bulan Jumada Akhir dan Sya'ban yaitu bulan Rajab. Itulah empat bulan yang telah dinyatakan oleh Allah dalam firman Nya,

مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

"diantaranya ada empat bulan haram."


- Dan Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah telah ditanya berkenaan dengan maksud dari bulan haram, dan mengapa ia dinamakan dengan haram, maka beliau menjawab:

الأشهر الحرم هي أربعة: رجب وذو القعدة وذو الحجة والمحرم؛ فشهر مفرد، وهو رجب، والبقية متتالية، وهي: ذو القعدة وذو الحجة ومحرم.
والظاهر أنها سميت حرماً؛ لأن الله حرم فيها القتال بين الناس؛ فلهذا قيل لها حرم؛ جمع حرام.

كما قال الله جل وعلا: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، وقال تعالى: يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ، فدل ذلك على أنه محرم فيها القتال، وذلك من رحمة الله لعباده؛ حتى يسافروا فيها، وحتى يحجوا ويعتمروا.

"Bulan-bulan haram itu ada empat: Rajab, Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Satu bulan yang letaknya terpisah (dari yang lain) yaitu Rajab, sementara sisanya terletak berurutan, Dzul Qo'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram.

Dan yang dzahir dari penamaan haram pada bulan-bulan tersebut karena Allah telah mengharamkan (melarang) kaum muslimin untuk berperang didalamnya, oleh karena itu disebut dengan hurum yang merupakan bentuk jamak dari haram. Sebagaimana firman Allah ta'ala (yang artinya):

"Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram."

Dan juga firman Allah ta'ala (yang artinya):

"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar."

Maka (dari ayat diatas) menjelaskan pada kita tentang haram (dilarang) nya berperang dalam bulan-bulan tersebut, dan itu merupakan rahmat Allah terhadap segenap hambaNya, agar mereka bisa melakukan perjalanan (dengan aman) didalamnya, dan agar mereka bisa melaksanakan haji dan umrah pada bulan-bulan tersebut." (Majmu' Fatawa Ibn Baz, jilid ke-18, hal.433)


2. Keutamaan Bulan-Bulan Haram

Bulan-bulan ini telah dimuliakan oleh syari'at sebelum kita, yaitu pada syari'at nabi Ibrahim 'alaihi assalam dan hal tersebut berlanjut hingga di kalangan arab pada masa jahiliah, padahal mereka adalah orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah didalam ibadah-ibadah yang mereka lakukan, akan tetapi mereka sangat mengagungkan bulan-bulan ini dan sangat menjaga diri mereka dari berbuat dosa dan kemaksiatan didalamnya.

Adalah Allah yang telah berfirman:

فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

"Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan (haram) yang empat itu."


- Dan sahabat yang mulia 'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhu telah menjelaskan tafsir dari ayat diatas, beliau mengatakan:

أي فيهن كلهنَّ؛ ثم اختص منهنَّ أربعة فجعلهنَّ حرامًا وعظم حرماتهنَّ، وجعل الذنب فيهنَّ أعظم والعمل الصالح والأجر أعظم

"(Janganlah kalian menganiaya diri kalian) yakni pada seluruh bulan yang ada, kemudian dikhususkan dari bulan-bulan itu empat bulan yang Allah telah menjadikannya sebagai bulan-bulan haram, yang telah dilebihkan kedudukannya daripada bulan yang lain. Dan perbuatan dosa yang dilakukan didalamnya lebih besar dihadapan Allah, begitu juga amalan shalih yang dilakukan akan menghasilkan ganjaran yang lebih besar pula." (Lathaif Al Ma'arif: 124)

Inilah diantara keutamaan yang telah Allah turunkan pada bulan-bulan haram ini, dilipatgandakannya ganjaran dan balasan bagi seorang yang mengerjakan amalan shalih, sehingga seorang hamba akan bersemangat untuk terus berada di tengah-tengah amalan kebaikan. Begitu pula, ketika perbuatan dosa dan kemaksiatan menjadi lebih besar dihadapan Allah, maka akan mengantarkan dirinya kepada kekhawatiran dan ketakutan dari melakukan hal tersebut, karena akan adanya siksaan dari Allah ta'ala kelak di hari akhir, yang akan menjadikan dia selalu berusaha untuk menjauh dari perbuatan-perbuatan keji tersebut. Oleh karena itu, keutamaan ini akan menjadikan dirinya untuk selalu berusaha meraih keutamaan yang banyak dengan menjalankan keta'atan-keta'atan pada Allah dan menghindari seluruh keburukan dengan menjauhkan dirinya dari perbuatan dosa dan kemaksiatan serta melatih dirinya agar menjadi pribadi muslim yang selalu memegang teguh konsekwnsi keimanan dia kepada Allah dan Rasul-Nya.Yang mana perkara ini akan mengantarkan dirinya kepada puncak kemuliaan, yaitu tatkala ia diselamatkan oleh Allah ta'ala dari siksaan api Neraka dan dimasukkan ke dalam syurga-Nya.


3. Bulan Haram yang Ada di Hadapan Kita

Telah diketahui bersama bahwasanya pada hari-hari ini kita berada diantara bulan-bulan haram, yang merupakan akhir tahun dari penanggalan di kalender hijriah. Dan sungguh disadari ataukah tidak, pada saat ini pula kita berada di pintu gerbang bulan Muharram yang akan datang beberapa saat lagi jika Allah masih memberi izin kepada kita untuk menemui bulan yang mulia itu. Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, ketika ada seorang yang datang kepada beliau dan bertanya tentang shalat yang paling utama dan puasa yang paling utama, maka beliau menjawab:

أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة في جوف الليل وأفضل الصيام بعد شهر رمضان الشهر الذي يدعونه المحرم

"Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di penghujung malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah pada bulan yang disebut dengan Muharram." 
(HR. Muslim: 1163)

Sungguh bulan Muharram yang telah dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits diatas adalah bulan yang sangat dimuliakan oleh Allah dan para Nabi. Terkhusus pada hari kesepuluh dari bulan itu, yang lebih dikenal dengan nama hari 'Asyura. Bahkan nabi Nuh dan Musa 'alaihima assalam berpuasa pada hari tersebut, begitupula nabi kita Muhammad bin 'Abdillah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi, juga berpuasa pada hari itu dan memerintahkan kaum muslimin untuk turut berpuasa padanya. 

Sebagaimana dalam sebuah hadits shahih yang datang dari sahabat 'Abdullah bin 'Abbas, ketika beliau berkisah: Saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, maka beliau mendapati kaum yahudi berpuasa pada hari kesepuluh dari bulan Muharram, maka beliau bertanya pada mereka: "Mengapa kalian berpuasa pada hari ini?", mereka pun menjawab: "Ini merupakan hari dimana Allah ta'ala telah menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan bala tentaranya, dan pada hari ini pula Allah menenggelamkan mereka, maka Musa pun berpuasa dalam rangka bersyukur atas nikmat tersebut, dan kami pun berpuasa sebagaimana Musa berpuasa." Ketika mendengarkan jawaban itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

نحن أحق بموسى منكم فصامه وأمر بصيامه 

"Kami lebih berhak untuk mengikuti Musa daripada kalian", maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan kami untuk berpuasa." (HR. Al Bukhari: 2004, dan Muslim: 1130)

Dari hadits diatas, maka terdapat silang pendapat dikalangan para ulama, apakah hukum berpuasa pada hari tersebut wajib ataukah mustahab? Dan yang lebih kuat dari penjelasan-penjelasan yang mereka utarakan adalah wajibnya berpuasa di hari 'Asyura sebelum turun kewajiban berpuasa kepada kaum muslimin di bulan Ramadhan, maka setelah turun kewajiban tersebut pada tahun kedua setelah hijrahnya Nabi 'alaihi ash shalatu wa assalam, maka berpuasa di hari Asyura pun berpindah hukumnya menjadi mustahab, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

إن عاشوراء يوم من أيام الله . فمن شاء صامه ومن شاء تركه

"Sesungguhya Asyura ini adalah satu hari diantara hari-hari yang dimilik oleh Allah ta'ala, maka bagi siapa yang hendak berpuasa maka baginya untuk berpuasa dan bagi siapa yang ingin meninggalkan maka baginya pula untuk meninggalkannya." (HR. Muslim: 1126)

Dan bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa pada hari yang mulia ini, sungguh akan bergembira dengan sebuah hadits yang telah datang dari Abu Qatadah, tatkala ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang berpuasa di hari 'Asyura, maka beliau bersabda:

أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله

"Aku berharap kepada Allah agar puasa itu dapat menggugurkan dosa yang telah dilakukan pada tahun lalu." (HR. Muslim: 1162)

Maka dengan hanya berpuasa satu hari dapat menggugurkan perbuatan dosa yang pernah ia lakukan dalam satu tahun yang telah lewat. Inilah kemuliaan yang Allah turunkan pada hari 'Asyura, yang menunjukkan betapa luasnya kasih sayang Allah ta'ala terhadap seluruh hambaNya. Dan kemuliaan yang besar ini bisa digapai oleh setiap hambaNya yang ingin melangkahkan kakinya untuk berjalan kedepan mendapatkan ampunan dari Allah ta'ala.

Dan yang dimaksud dengan "menggugurkan dosa" pada hadits diatas adalah gugurnya dosa-dosa kecil. Adapun dosa besar, maka akan gugur dihadapan Allah ta'ala dengan taubat yang dilakukan oleh seorang hamba.


4. Beberapa Pelajaran Tambahan

Disana terdapat beberapa perkara yang perlu diketahui oleh kaum muslimin secara umum, dan terkhusus bagi mereka yang akan melaksanakan ibadah puasa 'Asyura (berpuasa di hari kesepuluh dari bulan Muharram), adalah :

Pertama : Melaksanakan puasa satu hari sebelumnya, yaitu pada tanggal sembilan Muharram, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

إذا كان العام المقبل إن شاء الله صمنا اليوم التاسع

"Jika masih mendapati tahun depan dengan izin Allah, maka aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan." (HR. Muslim: 1134)

Akan tetapi takdir berbicara lain, karena Allah menakdirkan bahwa tahun tersebut adalah tahun dimana beliau mendapati ajalnya shallallahu alaihi wa sallam. 


Kedua : Bahwasanya hari 'Asyura dalam sejarah Islam melewati empat fase, yaitu:

  1. Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa pada hari tersebut bersama kaum jahiliah di Mekkah.
  2. Tatkala beliau shallallahu 'alaihi wa sallam beranjak dari Mekkah menuju Madinah, dan mendapati kaum yahudi berpuasa pada hari Asyura. Maka beliau pun berpuasa dan memerintahkan para sahabatnya agar berpuasa pada hari tersebut.
  3. Setelah turunnya kewajiban untuk berpuasa di bulan Ramadhan, hukum berpuasa di hari 'Asyura menjadi mustahab dan bukan wajib.
  4. Diakhir hayatnya shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau berniat untuk berpuasa pada hari kesembilan dari Muharram guna menyelisihi kaum yahudi yang hanya mengkhususkan puasa mereka pada hari kesepuluh ('Asyura).


Ketiga : Telah ditanya Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin, dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut :

ما تقولون في صيام يوم بعد عاشوراء و المشروع الصيام قبله، هل الصيام بعد عاشوراء ثبت به حديث صحيح عن الرسول صلى الله عليه و سلم؟
فأجاب فضيلته بقوله: في مسند الإمام أحمد: (صوموا يوما قبله أو يوما بعده خالفوا اليهود). و مخالفة اليهود تكون إما بصوم اليوم التاسع كما قال النبي صلى الله عليه و سلم: (لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع). يعني مع العاشر، و تكون بصوم يوم بعده، لأن اليهود كانو يفردون اليوم العاشر، فتحصل مخالفتهم بصيام يوم قبله أو يوم بعده، و قد ذكر ابن القيم رحمه الله في زاد المعاد أن صيام عاشوراء أربعة أنواع:
١. إما أن يصوم اليوم العاشر وحده.
٢. أو مع التاسع. 
٣. أو مع الحادي العشر.
٤. أو يصوم الثلاثة، و صوم الثلاثة يكون فيه فائدة أيضا، و هي الحصول على صيام ثلاثة أيام من الشهر


" Apa pendapat anda tentang puasa yang dilakukan sehari setelah hari 'Asyura (pada tanggal sebelas Muharram,pen) dan disyariatkannya berpuasa pada hari sebelumnya (tanggal sembilan Muharram,pen)? Apakah berpuasa satu hari setelah hari 'Asyura (yaitu pada tanggal sebelas) telah datang hadits yang shahih dari Rasulullah 'alaihi ash shalatu wa assalam berkenaan dengannya?"


Maka beliau menjawab: "Dalam Musnad Al Imam Ahmad, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berpuasalah kalian pada satu hari sebelum atau sesudahnya, dan selisihilah kaum yahudi." Dan penyelisihan terhadap kaum yahudi itu bisa direalisasikan dengan berpuasa pada tanggal sembilan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Jikalau aku masih ada hingga tahun depan, pasti aku akan berpuasa pada hari ke sembilan." yakni bersamaan dengan hari 'Asyura. Dan bisa juga dilakukan dengan berpuasa pada satu hari setelahnya (tanggal sebelas), karena yang dilakukan oleh kaum yahudi hanyalah berpuasa pada hari kesepuluh. Maka engkau telah menyelisihi mereka, tatkala engakau berpuasa pada satu hari sebelum ataupun setelahnya. 

Dan telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam Zadul Ma'ad, bahwasanya berpuasa di hari Asyura itu ada empat macam:
  1. Berpuasa hanya pada tanggal sepuluh (Muharram).
  2. Atau bersamaan dengan tanggal sembilannya.
  3. Atau bersamaan dengan tanggal sebelasnya.
  4. Atau dengan berpuasa pada tiga hari tersebut, yang juga terdapat faedah didalamnya, yaitu puasa tiga hari dalam satu bulan." 
(Majmu' Fatawa wa Rasail Al 'Utsaimin: jilid ke-20, hal.38)


Maka dari pelajaran diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya amalan yang paling utama dalam hal ini adalah ketika ia melaksanakan puasa 'Asyura bersamaan dengan satu hari sebelum dan setelahnya, yakni pada hari ke sembilan, sepuluh, dan sebelas Muharram. Dan hal ini akan melahirkan kebaikan lainnya yaitu puasa tiga hari dalam sebulan, yang telah dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa berpuasa tiga hari pada setiap bulan itu setara dengan seorang yang berpuasa sepanjang zaman. Kemudian yang berikutnya adalah puasa di hari 'Asyura dan satu hari sebelumnya, yakni pada hari kesembilan, dan sepuluh, dan inilah yang diniatkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian yang berikutnya adalah puasa di hari Asyura dan satu hari setelahnya, yakni pada hari kesepuluh dan sebelas. Dan yang terakhir adalah puasa yang hanya dilakukan pada hari Asyura, yaitu di hari kesepuluh pada bulan Muharram.

Pada Akhirnya, jika dalam tulisan yang ringkas ini ada yang mencocoki kebenaran maka segala puji bagi Allah ta'ala, dan tidaklah hal tersebut datang melainkan dari sisi-Nya dan dari pertolongan-Nya. Apabila disana terdapat kurangan dan kekeliruan maka itu semua bersumber dari diri kami pribadi yang tidak akan pernah luput dari kesalahan dan kedhaliman.

Medinah An Nabawiyyah, 26 Dzul Hijjah 1433

Download Software Penanggalan/Kalender Hijriah
Oleh : Al-ustadz Abdul Mu'thi bin Mughni karim

Saturday, February 8, 2014

Takut Kepada Allah Ta'ala


Semakin seorang berilmu, maka akan semakin besar rasa takutnya kepada Allah. Rasa takut inilah yang bisa menyelamatkan seseorang dari azab Allah yang pedih. Berikut salah satu bab dalam Kitab Riyadhus Shalihin karya Al Imam An-Nawawi tentang tentang rasa takut kepada Allah Ta'ala

Allah Ta'ala berfirman: "Dan kepadaKu, maka takutlah engkau semua!" (al-Baqarah: 40)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya tindakan siksaan Tuhannya itu adalah sangat dahsyatnya." (al-Buruj: 12)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan demikianlah tindakan Tuhanmu jikalau menindak kepada penduduk negeri, yang mereka itu melakukan kezaliman, sesungguhnya tindakan penghukuman Allah itu adalah amat pedih dan keras. Sesungguhnya hal yang sedemikian itu niscaya merupakan keterangan untuk orang yang takut akan siksa hari akhir. Itulah hari yang seluruh manusia dikumpulkan dan itulah pula hari yang disaksikan. Tidaklah Kami akan mengundurkan hari itu, melainkan sampai waktu yang ditentukan. Yaitu pada hari yang tidak seorang pun akan berbicara, melainkan dengan izinNya dan diantara para manusia itu ada yang celaka dan ada pula yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka tempatnya adalah dalam neraka. Mereka di situ menarik nafas panjang dan mengerang." (Hud: 102- 106)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan Allah memperingatkan engkau semua akan kewajibanmu terhadap Allah sendiri -supaya tidak terkena siksanya-." (Ali-Imran: 28)

Juga Allah Ta'ala berfirman: "Pada hari seorang manusia lari meninggalkan saudaranya, ibu dan ayahnya, juga istri dan anak-anaknya. Setiap seorang pada hari itu mempunyai urusan yang membuat diri sendiri sibuk -dari urusan orang lain-." (Abasa: 34-37)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu, sesungguhnya pergoncangan hari kiamat itu adalah suatu peristiwa yang dahsyat. Pada hari itu engkau lihat perempuan yang menyusukan melupakan anak yang disusukannya, juga setiap perempuan yang mengandung melahirkan kandungan-kandungannya; engkau lihat pula seluruh manusia itu dalam keadaan mabuk, tetapi mereka itu sebenarnya tidaklah mabuk, meiainkan siksa Allah jualah yang sangat hebatnya." (al- Haj: 1-2)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan orang yang takut di waktu berdiri di hadapan Tuhannya, ia akan memperoleh dua buah taman syurga." (ar-Rahman: 46)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan para ahli syurga setengahnya berhadap-hadapan dengan setengahnya sambil saling tanya menanyakan. Mereka berkata: "Sesungguhnya kita pada masa dahulu -ketika di dunia- merasa takut terhadap keluarga kita. Tetapi Allah mengkaruniakan kepada kita dan melindungi kita dari siksa angin yang amat panas. Sesungguhnya kita bermohon kepadaNya sejak saat sebelum ini, sesungguhnya Allah adalah Maha Pemberi karunia lagi Penyayang." (at-Thur: 25-28) 

Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali dan dapat dimaklumi, sedang tujuannya ialah untuk menunjukkan kepada bagian yang lainnya -sebagai penjelasan- dan begitulah hasilnya.


Dari Hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu, katanya: "Kami diberitahu oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan ia adalah seorang yang benar lagi dapat dipercaya, sabdanya: "Sesungguhnya seorang diantara engkau semua itu dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai mani, kemudian merupakan segumpal darah dalam waktu empat puluh hari itu pula, selanjutnya menjadi sekerat daging dalam waktu empat puluh hari lagi. Selanjutnya diutuslah seorang malaikat, lalu meniupkan ruh dalam tubuhnya dan diperintah untuk menulis empat kalimat, yaitu mengenai catatan rezekinya, ajal serta amalnya dan apakah ia termasuk orang celaka ataupun bahagia. Maka demi Zat yang tiada Tuhan selain daripadaNya, sesungguhnya seorang diantara engkau semua, sesungguhnya melakukan dengan amalan ahli syurga, sehingga tiada -batas- diantara dirinya dengan syurga itu melainkan hanya jarak sezira' -sehasta, tetapi telah didahului oleh catatan kitabnya, lalu ia melakukan dengan amalan ahli neraka, kemudian akhirnya masuklah ia dalam neraka itu. Dan sesungguhnya ada pula seorang diantara engkau semua itu, niscaya mengamalkan dengan amalannya ahli neraka, sehingga tidak ada -batas- antara orang itu dengan neraka, melainkan hanya jarak sezira' saja, tetapi telah didahului oleh catatan kitabnya, lalu ia mengamalkan dengan amalan ahli syurga dan akhirnya masuklah ia dalam syurga itu." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:
  • Dalam hadits ini ada beberapa hal yang perlu kita maklumi, yaitu: 
  • Malak -malaikat- yang dikirimkan ini, memang diserahi oleh Allah untuk melihat rahim ibu anak itu sejak ia berupa mani. Di waktu ini malak itu berkata: "Wahai Tuhan, apa dijadikan terus apa tidak? Kalau tidak terus ditakdirkan oleh Allah menjadi manusia, lalu dijadikan darah kotor yang terlempar sia-sia. Tetapi apabila memang dikehendaki jadi manusia, malak itu lalu berkata: "Wahai Tuhan, laki-lakikah atau perempuankah ini, bagaimana rezekinya, kapankah ajalnya (waktu meninggalnya), bagaimana kelakuannya dan di bumi mana ia nanti meninggal (di kubur)." Allah lalu berfirman: "Pergilah ke Lauh Mahfuzh, akan engkau temui semuanya." Malak itu lalu naik ke atas Lauh Mahfuzh dan mencatat semuanya. Jadi semua apa yang terjadi atas diri kita ini benar-benar telah digariskan oleh Allah menurut takdir yang dikehendaki. Tetapi kita tetap harus berusaha menjadi hamba Allah yang baik segala-galanya, sebab kita semua tentu tidak tahu takdir apa yang akan kita alami. Jadi marilah kita berusaha dan berikhtiar, sebab hanya di tangan Allahlah semua takdir itu. Kembali ke atas, yaitu sesudah anak itu ditulis semua ketentuan-ketentuannya, lalu 40 hari jadi nuthfah, 40 hari 'alaqah dan 40 hari lagi berupa mudhghah, kemudian ditiupkan ruhnya. Selanjutnya ialah sebagaimana firman Allah dalam al-Quran: "Lalu kami ubahlah mudhghah itu menjadi tulang-belulang, kemudian tulang-belulang itu kami beri daging, selanjutnya Kami lupakanlah -jadikanlah- suatu makhluk lain (yakni jadi manusia benar-benar). Maha Sucilah Allah itu, sebaik-baiknya Zat yang membuat." 
  • Yang meniupkan jiwa dalam tubuh manusia itu malak, tetapi ini tidak bererti bahwa malak yang memberi ruh kita, tetapi Allah jualah yang memberikan, hanya saja dengan tiupan malak itulah yang merupakan sebab musababnya manusia diberi ruh oleh Allah. Jadi tiupan ini hanyalah sebagai perantaraan belaka. Adapun ruh itu adalah benda halus yang hanya Allah saja yang Mengetahui akan keadaannya. Dalam al-Quran disebutkan: "Dan orang-orang itu sama bertanya padamu (Muhammad) tentang halnya ruh. Katakanlah: "Ruh itu adalah dari urusan Tuhanku. Engkau semua ini tidak diberi pengetahuan oleh Allah melainkan hanya sedikit sekali." 
  • Empat kalimat artinya empat ketentuan dari Allah. 
  • Maksudnya sehasta ialah karena sangat dekat jaraknya. Adapun Hadits-hadits yang menguraikan bab ini, maka amat banyak sekali pula. Maka dari itu kita akan menyebutkan sebagian dari Hadits-hadits itu, dan dengan Allah jualah datangnya pertolongan.
  • Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhuma pula, katanya: Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Pada hari kiamat itu -yakni disaat seluruh hamba Allah sedang berdiri untuk dihisab atau diperhitungkan amalannya, didatangkanlah di Jahannam sebanyak tujuh puluh ribu kendali dan beserta setiap kendali ada tujuh puluh ribu malaikat yang sama menariknya." (Riwayat Muslim)

Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya seringan-ringan siksa ahli neraka pada hari kiamat itu adalah seorang yang di bagian bawah kedua kakinya diletakkan dua buah bara api yang dengannya itu dapat mendidihlah otaknya. Orang itu tidak meyakinkan bahwa ada orang lain yang lebih sangat siksanya daripada dirinya sendiri -jadi ia mengira bahwa dirinya itulah yang mendapat siksa yang terberat-, padahal orang itulah yang teringan sekali siksanya." (Muttafaq 'alaih)

Dari Samurah bin Jundub radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabiyullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Di antara para ahli neraka itu ada orang yang dijilat oleh api neraka sampai pada kedua tumitnya, diantara mereka ada yang dijilat oleh api sampai kedua lututnya, ada juga yang sampai ke empat ikat pinggangnya dan ada pula yang sampai di tulang lehernya." (Riwayat Muslim) [Alhujzah ialah tempat mengikat sarung yang ada di bawah pusat. Dan Attarquwah dengan fathah ta' dan dhammahnya qaf ialah tulang yang ada di tengah leher dan setiap manusia itu mempunyai dua buah tulang tarquwah ini yang terletak di tepi lehernya.]

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seluruh manusia akan berdiri di hadapan Tuhan Seru sekalian alam -yakni berdiri bangun dari masing-masing kuburnya untuk diadili dan dihisab atau diperhitungkan amalannya sewaktu di dunia- sehingga diantara engkau semua itu ada orang yang tenggelam karena keringatnya sendiri sampai di pertengahan telinganya karena dahsyatnya keadaan, berdesak-desak serta amat teriknya matahari di saat itu. (Muttafaq 'alaih)

Dari Anas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan sebuah khutbah yang saya tidak pernah mendengar suatu khutbah pun seperti itu -karena amat menakutkan-. Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Andaikata engkau semua dapat mengetahui apa yang dapat saya mengetahuinya, sesungguhnya engkau semua akan tertawa sedikit saja dan akan menangis banyak-banyak." Para sahabat Rasulullah s.a.w. lalu menutupi masing-masing wajahnya sambil terdengar suara isaknya. (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menerima berita bahwa ada sesuatu tentang sahabat-sahabatnya, lalu beliau berkhutbah, kemudian bersabda: "Ditunjukkanlah syurga dan neraka padaku maka belum pernah saya melihat sesuatu yang melebihi penglihatanku pada hari itu tentang bagusnya syurga dan buruknya neraka. Dan andaikata engkau semua dapat melihat apa yang dapat saya lihat, maka sesungguhnya engkau semua akan ketawa sedikit dan menangis banyak-banyak." Maka tidak pernah datang pada para sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yaitu hari yang lebih dahsyat lagi dari hari itu -tentang ngerinya khutbah yang diberikan oleh beliau shalallahu 'alaihi wa sallam. Para sahabat sama menutupi masing-masing kepalanya sambil terdengar suara esaknya. [Alkhanin dengan menggunakan kha' mu'jamah ialah tangis dengan dengungan serta timbulnya suara esakan dari hidung.]

Dari al-Miqdad radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Didekatkanlah matahari pada hari kiamat itu dari para makhluk hingga jarak matahari tadi adalah bagaikan sekadar semil saja." Sulaim bin 'Amir yang meriwayatkan hadits ini dari al-Miqdad berkata: "Demi Allah, saya sendiri tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan kata mil itu, apakah artinya itu jarak semil bumi ataukah mil yang artinya alat untuk mengambil celak -dari tempatnya- guna celak mata." Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. bersabda seterusnya: "Maka keadaan manusia-manusia pada hari itu adalah menurut kadar masing-masing amalannya dalam banyak sedikitnya keringat -yang keluar dari badannya-. Di antara mereka ada yang berkeringat sampai di kedua tumitnya dan diantaranya ada yang sampai di kedua lututnya dan diantaranya ada pula yang sampai di tempat pengikat sarungnya yang ada di kedua lambungnya, bahkan diantaranya ada yang dikendalikan oleh keringat itu dengan sebenar-benarnya dikendalikan -yakni seperti kendali kuda yaitu keringat tadi sampai masuk ke mulut dan kedua telinganya-." Ketika menyabdakan ini Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menunjuk dengan tangannya ke arah mulutnya." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Para manusia sama berkeringat pada hari kiamat, sehingga keringatnya itu turun dalam bumi sedalam tujuh puluh hasta dan keringat itu mengendalikan mereka hingga mencapai ke telinga-telinga mereka -mengendalikan maksudnya sampai ke mulut dan telinga seperti kendali." (Muttafaq 'alaih) [maknanya Yadzhabu fil-ardhi ialah turun dan menyelam.]

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma pula, katanya: "Kita semua bersama Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba terdengarlah suara benda yang jatuh keras, lalu beliau bersabda: "Adakah engkau semua mengetahui suara apakah ini?" Kita semua berkata: "Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui." Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda: "Ini adalah batu yang di lemparkan ke dalam neraka sejak tujuh puluh tahun yang lalu dan kini sudah sampai di dasar neraka itu. Maka dari itu engkau semua dapat mendengarkan suara jatuhnya." (Riwayat Muslim)

Dari 'Adi bin Hatim radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tiada seorangpun dari engkau semua, melainkan akan diajak bicara oleh Tuhannya, tidak ada antara ia dengan Tuhannya seorang penerjemahpun -perantara sebagai juru bahasanya-. Orang itu lalu melihat ke arah kanannya, tetapi tidak ada yang dilihat olehnya, melainkan amalan yang telah ia lakukan dahulu saja -sebelum itu-, dan ia melihat ke arah kirinya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan amalan yang ia lakukan dahulu saja, seterusnya ia melihat ke arah mukanya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan neraka yang ada di hadapan mukanya itu. Maka dari itu, takutlah engkau semua pada siksa api neraka, sekalipun dengan jalan sedekah dengan belahan kurma." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Zar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya saya itu dapat melihat apa yang engkau semua tidak dapat melihatnya. Langit bersuara dan memang sepatutnyalah jikalau ia bersuara, sebab tiada tempat terluang selebar empat jari di langit itu, melainkan tentu ada malaikatnya yang meletakkan dahinya sambil bersujud kepada Allah Ta'ala. Demi Allah, andaikata engkau semua dapat melihat apa yang dapat saya lihat, nescayalah engkau semua akan ketawa sedikit dan pasti akan menangis banyak-banyak, juga engkau semua tidak akan merasakan berlezat-lezat dengan para wanita di atas hamparan, bahkan niscayalah engkau semua akan ke luar ke jalan-jalan untuk memohonkan pertolongan kepada Allah Ta'ala." [Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.]  Aththat dengan fathahnya hamzah dan syadahnya tha' dan taiththu dengan fathahnya ta' dan sesudahnya itu hamzah yang dikasrahkan, juga al-athithu, ialah suara sekedup atau tempat duduk di atas unta ataupun lain-lainnya. Maknanya ialah bahwasanya karena banyak malaikat yang ada di langit yang sama beribadah itu telah menyebabkan langit itu merasa berat, sehingga bersuara tadi, sedang ashshu'udat dengan dhammahnya shad dan 'ain artinya ialah jalan dan artinya taj-aruna ialah memohonkan pertolongan.]

Dari Abu Barzah -dengan menggunakan radhiallahu 'anhuma. kemudian zai- yaitu Nadhlah bin 'Ubaid al-Aslami radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak henti-hentinya kedua kaki seorang hamba -di hadapan Allah- pada hari kiamat -untuk ditentukan-, apakah masuk syurga atau neraka, sehingga ia ditanya perihal umurnya, untuk apa dihabiskannya, perihal ilmunya, untuk apa ia melakukannya, perihal hartanya, dari mana ia memperolehnya dan untuk apa dinafkahkannya, juga perihal tubuhnya, untuk kepentingan apa dirusakkannya -yakni sampai matinya itu digunakan apa-." [Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.]

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam membaca -yang artinya-: "Pada hari itu -yakni hari kiamat- bumi akan memberitahukan kabar-kabarnya," kemudian beliau shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Adakah engkau semua mengetahui, apakah kabar-kabarnya itu?" Para sahabat berkata: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui." Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda: "Sesungguhnya kabar-kabar yang akan diberitahukan itu ialah bahwa bumi itu akan menyaksikan pada setiap hamba, lelaki atau perempuan, perihal apa yang dilakukan di atas bumi itu. Bumi akan mengucapkan: "Orang ini akan melakukan begini dan begitu pada hari ini dan itu. Inilah kabar-kabarnya." [Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Sanad hadits ini dha 'if. Karena ada perawi yang bernama Yahya bin Abi Sulaiman Al Madani, orang yang lemah dalam periwayatan haditsnya. Lihat Adh-Dha'ifah hadits no. 4834 dan Takhrij Riyadhush-Shalihin Syu'aib Al Arnauth, hadits no. 408]

Dari Abu Said al-Khudri radhiallahu 'anhuma katanya: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bagaimanakah saya akan dapat bersenang-senang sedang malaikat yang bertugas meniup terompet sudah meletakkan mulutnya pada ujung -mulut- terompet -sebagai tanda sudah dekatnya hari kiamat- sambil mendengarkan perintah, kapan saja ia diperintah untuk meniupnya itu, maka seketika itu pula ia akan meniupkannya." Berita yang sedemikian dirasakan amat berat sekali oleh para sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka: "Ucapkan sajalah: Hasbunallah wa ni'mal wakil -yakni cukuplah kita semua menyerahkan diri kepada Allah dan Dia adalah sebaik-baiknya Zat yang diserahi." [Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan]. Alqarn ialah terompet yang difirmankan oleh Allah Ta'ala -yang artinya: Dan ditiuplah dalam terompet. Demikianlah yang ditafsirkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang takut bermalam, tentu ia terus berjalan di waktu malam -untuk pulang- dan barangsiapa yang berjalan malam-malam, tentu sampai di rumah. Ingatlah bahwasanya harta benda Allah itu adalah mahal sekali. Ingatlah bahwasanya harta benda Allah yang dimaksudkan itu ialah syurga." [Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini dalah hadits hasan.] Adlaja dengan sukunnya dal, artinya ialah berjalan di waktu permulaan malam. Adapun maksudnya ialah supaya kita semua giat-giat untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Wallahu a'lam.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: Saya mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dikumpulkanlah sekalian manusia di padang mahsyar pada hari kiamat dengan telanjang kaki, telanjang tubuh dan tidak berkhitan kemaluannya." Saya bertanya: "Ya Rasulullah, kalau begitu kaum wanita dan kaum pria semuanya dapat melihat antara yang sebagian dengan sebagian yang lainnya." Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Hai Aisyah, peristiwa pada hari itu lebih sangat untuk menjadi perhatian mereka daripada memperhatikan orang lain." Dalam riwayat lain disebutkan: "Peristiwa pada hari itu lebih penting untuk diperhatikan oleh setiap orang -daripada yang sebagian melihat kepada sebagian yang lain-." (Muttafaq 'alaih) Ghurlan dengan dhammahnya ghain artinya tidak berkhitan.


Sumber:
Terjemah Riyadhush Shalihin - Jilid 1 & 2 - Pustaka Amani, Jakarta