Umat Muslim adalah umat pertengahan. Tidak melebih-lebihkan syariat dan tidak pula mengurang-nguranginya. Menjalankan perintah semampunya dan berusaha menjauhkan semua larangan dalam syariat. Berikut salah satu bab dalam Kitab Riyadhus Shalihin karya Al Imam An-Nawawi tentang berlaku sedang dalam ibadah.
Allah Ta'ala berfirman: "Tidaklah Kami turunkan al-Quran itu padamu -hai Muhammad- agar engkau mendapat celaka." (Thaha: 1-2)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Allah menghendaki kemudahan padamu semua dan tidak menghendaki kesukaran untukmu semua." (al-Baqarah: 185)
142. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam memasuki rumahnya dan di sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Siapakah ini?" Aisyah menjawab: "Ini adalah si Anu." Aisyah menyebutkan perihal shalatnya wanita tadi -yang sangat luar biasa tekunnya. Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jangan demikian, hendaklah engkau semua berbuat sesuai dengan kekuatanmu semua saja. Sebab demi Allah, Allah itu tidak bosan -memberi pahala- sehingga engkau semua bosan -melaksanakan amalan itu. Adalah cara melakukan agama yang paling dicintai oleh Allah itu ialah apa-apa yang dikekalkan melakukannya oleh orangnya itu -yakni tidak perlu banyak-banyak asalkan langsung terus -kontinyu-." (Muttafaq 'alaih)
Mah adalah kata untuk melarang dan mencegah. Maknanya La yamallullahu, ialah Allah tidak bosan, maksudnya bahwa Allah tidak akan memutuskan pahalanya padamu semua atau balasan pada amalan-amalanmu itu ataupun memperlakukan engkau semua sebagai perlakuan orang yang sudah bosan. Hatta tamallu artinya sehingga engkau semua yang bosan lebih dulu, lalu amalan itu ditinggalkan. Oleh sebab itu seyogyanya engkau semua mengambil amalan itu sekuat tenagamu saja yang sekiranya akan tetap langsung dan kekal melakukannya agar pahalanya serta keutamaannya tetap atas dirimu semua.
143. Dari Anas radhiyallahu'anhu., katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah istri-istri Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap amat sedikit saja ibadah beliau. shalallahu 'alaihi wasallam itu. Mereka lalu berkata: "Ah, di manakah kita ini -maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan- dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang lampau dan yang kemudian." Seorang dari mereka itu berkata: "Adapun saya ini, maka saya bershalat semalam suntuk selama-lamanya." Yang lainnya berkata: "Adapun saya, maka saya berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah saya berbuka." Yang seorang lagi berkata: "Adapun saya, maka saya menjauhi para wanita, maka sayapun tidak akan kawin selama-lamanya." Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. kemudian mendatangi mereka lalu bersabda: "Engkau semuakah yang mengatakan demikian, demikian? Wahai, demi Allah, sesungguhnya saya ini adalah orang yang tertaqwa -paling bertaqwa- diantara engkau semua kepada Allah dan tertakut -paling takut- kepadaNya, tetapi saya juga berpuasa dan juga berbuka, sayapun bershalat tetapi juga tidur, juga saya suka kawin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalananku -sunnahku-, maka ia bukanlah termasuk dalam golonganku." (Muttafaq 'alaih)
144. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Binasalah orang-orang yang memperdalam-dalamkan -berlebih-lebihan-." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam menyabdakan ini sampai tiga kali banyaknya." (Riwayat Muslim)
Almutanathtbi'un yaitu orang-orang yang memperdalam-dalamkan serta memperkeraskan sesuatu yang bukan pada tempatnya.
145. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam sabdanya: "Agama itu mudah, tidaklah agama itu diperkeraskan oleh seorang melainkan agama itu akan mengalahkannya -yakni orang yang memperkeras-keraskan itu sendiri yang nantinya akan merasa tidak kuat meneruskannya. Maka dari itu, bersikap luruslah engkau semua, lakukanlah yang sederhana saja -jikalau tidak kuasa melakukan yang sesempurna-sempurnanya, bergembiralah -untuk memperoleh pahala, sekalipun sedikit, juga mohonlah pertolongan dalam melakukan sesuatu amalan itu, baik di waktu pergi pagi-pagi, sore-sore ataupun sebagian waktu malam." (Riwayat Bukhari)
Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan: "Berlaku luruslah, lakukanlah yang sederhana, pergilah di waktu pagi, juga di waktu sore serta sebagian di waktu malam. Berbuatlah sederhana, tentu engkau semua akan sampai pula -pada tujuannya."
Addin itu dirafa'kan karena merupakan maf'ulnya fi'il yang tidak disebutkan fa'ilnya. Ada pula yang mengatakan bahwa itu harus dinashabkan. Ada yang meriwayatkan dengan lafaz Lan yusyaddad dina ahadun, artinya tidak seorangpun yang hendak memperkeraskan agama tersebut.
Sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam Illa ghalalabahu, artinya melainkan agama itu mengalahkannya, yakni bahwa agama tadi mengalahkan orang itu dan dengan sendirinya orang yang memperkeras-keraskan sendiri itu akhirnya akan lemah untuk menghadapi agama tersebut, sebab banyak jalan yang perlu ditempuhnya.
Ghadwah ialah berpergian pada pagi hari dan Rawhah pada sore hari,
sedang Adduljah ialah pada akhir malam. Ini semua adalah sebagai kata
kiasan atau perumpamaan. Maksudnya ialah: Hendaklah engkau semua
memohonkan pertolongan untuk melakukan ketaatan kepada Allah
'Azzawajalla itu dengan melakukan berbagai amalan di waktu engkau semua
dalam keadaan bersemangat, serta hati dalam keadaan lapang, sehingga
dengan demikian engkau semua akan merasa lezat melakukan ibadah tadi dan
tidak akan merasa bosan, juga dengan itu apa yang dimaksudkan sudah
pula tercapai. Ini adalah sebagaimana seorang yang pandai berpergian, ia
tentu berangkat dalam keadaan semacam di atas itu dan ia beristirahat,
baik dirinya maupun kendaraannya dalam waktu sudah lelah ataupun hati
kurang enak. Dengan demikian dapat pula ia mencapai tujuannya tanpa
kelelahan sama sekali. Wallahu a'lam.
146. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi shalallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam masjid, tiba-tiba tampak di situ ada seutas tali yang memanjang antara dua tiang.[12] Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Tali apakah ini?" Orang-orang menjawab: "Ini adalah kepunyaan Zainab, jikalau ia sudah malas -lelah bershalat, ia menggantung di situ." Nabi shalallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Lepaskan sajalah. Baiklah seorang itu melakukan shalat di waktu ia sedang bersemangat, maka jikalau ia telah merasa malas, baiklah ia tidur saja." (Muttafaq 'alaih)
147. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jikalau seorang dari engkau semua mengantuk dan ia sedang bershalat, maka baiklah ia tidur dulu, sehingga hilanglah kantuk tidurnya. Sebab sesungguhnya seorang dari engkau semua itu jikalau bershalat sedang ia mengantuk, maka ia tidak tahu, barangkali ia memulai memohonkan pengampunan -kepada Allah, tetapi ia lalu mencaci maki dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)
148. Dari Abu Abdillah, yaitu Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya pernah bershalat dengan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam beberapa shalatan, maka keadaan shalat beliau shalallahu 'alaihi wasallam itu adalah sedang dan khutbahnyapun sedang pula." (Riwayat Muslim)
Ucapan qashdan maksudnya antara panjang dan pendek, yakni sederhana.
149. Dari Abu Juhaifah yaitu Wahab bin Abdullah r.a., katanya: "Nabi shalallahu 'alaihi wasallam mempersaudarakan antara Salman dan Abuddarda' -maksudnya keduanya disuruh berjanji untuk berlaku sebagai saudara." Salman pada suatu ketika berziarah ke Abuddarda', ia melihat Ummud Darda' -istri Abuddarda'- mengenakan pakaian yang serba kusut -yakni tidak berhias sama sekali, Salman bertanya padanya: "Mengapa saudari berkeadaan sedemikian ini?" Wanita itu menjawab: "Saudaramu yaitu Abuddarda' itu sudah tidak ada hajatnya lagi pada keduniaan -maksudnya: Sudah meninggalkan keduniaan, baik terhadap wanita atau lain-lain." Dalam riwayat Addaraquthni lafaz Fiddunyaa, diganti dengan lafaz Fi nisaid dunyaa, artinya tidak ada hajatnya lagi pada kaum wanita di dunia ini. Sementara itu dalam riwayat Ibnu Khuzaimah ditambah pula dengan kata-kata Yashuumun nahaar wa yaquumullail, artinya: Ia berpuasa pada siang harinya dan terus shalat pada malam harinya." Abuddarda' lalu datang, kemudian ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abuddarda' berkata kepada Salman: "Makanlah, karena saya berpuasa." Salman menjawab: "Saya tidak akan suka makan, sehingga engkaupun suka pula makan." Abuddarda' lalu makan. Setelah malam tiba, Abuddarda' mulai bangun. Salman berkata kepadanya: "Tidurlah!" Ia tidur lagi. Tidak lama kemudian bangun lagi dan Salman berkata pula: "Tidurlah!" Kemudian setelah tiba akhir malam, Salman lalu berkata pada Abuddarda': "Bangunlah sekarang!" Keduanya terus bershalat. Selanjutnya Salman lalu berkata: "Sesungguhnya untuk Tuhanmu itu ada hak atas dirimu, untuk dirimu sendiri juga ada hak atasmu, untuk keluargamupun ada hak atasmu. Maka berikanlah kepada setiap yang berhak itu akan haknya masing-masing." Abuddarda' -paginya- mendatangi Nabi shalallahu 'alaihi wasallam kemudian menyebutkan peristiwa semalam itu, lalu Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Salman benar ucapannya." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Dengan berdasarkan hadits di atas, maka syariat Agama Islam
memerintahkan kepada kaum Musiimin agar antara seorang dengan yang
lainnya bersikap sebagaimana orang-orang yang bersaudara dan semata-mata
bukan karena ini atau itu, tetapi hanya untuk mengharapkan keridhaan
Tuhan, juga memerintahkan agar saling kunjung-mengunjungi karena Allah,
demikian pula bermalam di rumah saudara seagamanya karena Allah pula. Di
samping itu syariat membolehkan seorang lelaki bercakap-cakap dengan
wanita lain yang bukan mahramnya yakni ajnabiyah, bilamana betul-betul
ada keperluan yang penting untuk berbuat sedemikian itu. Selain itu
dalam hadits itu pula terdapat anjuran yang sungguh-sungguh agar antara
seorang muslim dengan muslim lainnya, hendaknya gemar nasihat-menasihati
dengan cara yang baik, mengingatkan siapa yang lupa dan lalai
melaksanakan perintah Allah dan ada pula anjuran untuk gemar mengerjakan
shalat malam (shalatullail) dan lain-lain lagi.
150. Dari Abu Muhammad, yaitu Abdullah bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi shalallahu 'alaihi wasallam diberitahu bahwasanya saya berkata: Demi Allah, sesungguhnya saya akan berpuasa pada pagi hari dan berdiri bershalat di waktu malam -maksudnya setiap hari, siangnya berpuasa dan malamnya bershalat sunnah, selama hidupku." Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Apakah engkau yang berkata sedemikian itu?" Saya menjawab kepadanya: "Sungguh saya berkata demikian itu, bi-abi anta wa ummi -demi ayah dan ibuku-, ya Rasulullah." Beliau.bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak kuat melaksanakan itu, maka dari itu berpuasalah, berbukalah, tidurlah dan juga berdirilah -bershalat malam. Dalam sebulan itu berpuasalah tiga hari, sebab sesungguhnya kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi tiga hari sebulan itu sama dengan berpuasa setahun penuh." Saya berkata: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w, bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah dua hari." Saya berkata lagi: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam. bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah sehari pula. Yang sedemikian itu adalah puasanya Nabi Dawud a.s. dan inilah sesedang-sedangnya berpuasa." (Dalam riwayat lain disebutkan: "Yang sedemikian itu adalah seutama-utamanya berpuasa.") Saya berkata pula: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Tidak ada yang lebih utama daripada puasa -seperti Nabi Dawud 'alaihi sallam itu." Sebenamya andaikata saya menerima saja tiga hari yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam -pertama kali- itu adalah lebih kucintai daripada seluruh keluarga dan hartaku."
Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukankah saya telah
diberitahu bahwasanya engkau berpuasa pada siang hari dan
bershalat sunnah setiap malamnya?" Saya menjawab: "Benar, ya
Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Jangan mengerjakan seperti itu.
Berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah, karena sesungguhnya
untuk tubuhmu itu ada hak atas dirimu, kedua matamu pun ada haknya atas
dirimu, istrimu juga ada hak atasmu, untuk tamumu pun ada hak atasmu.
Sebenarnya sudah cukuplah jikalau untuk setiap bulan itu engkau berpuasa
sebanyak tiga hari saja, sebab sesungguhnya setiap kebaikan itu diberi
pahala dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi berpuasa tiga hari setiap
bulan itu sama halnya dengan berpuasa setahun penuh." Saya -maksudnya
Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash- mengeras-ngeraskan sendiri lalu
diperkeraskanlah atas diriku. Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya
saya masih mempunyai kekuatan untuk lebih dari itu." Beliau shalallahu
'alaihi wasallam lalu bersabda: "Kalau begitu berpuasalah seperti
puasanya Nabiyullah Dawud dan jangan engkau tambahkan lagi dari itu
-yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka." Saya bertanya: "Bagaimanakah
berpuasanya Dawud a.s.?" Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ia berpuasa setengah
tahun." Abdullah, setelah tuanya berkata: "Alangkah baiknya jikalau
dahulu saya terima saja keringanan yang diberikan oleh
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam."
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa setahun penuh dan mengkhatamkan bacaan al-Quran sekali setiap malam?" Saya menjawab: "Benar demikian ya Rasulullah dan saya tidak menghendaki dengan amalan yang sedemikian itu melainkan mengharapkan kebaikan belaka." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Berpuasalah seperti puasanya Nabiyullah Dawud a.s., sebab sesungguhnya ia adalah setaattaat manusia perihal ibadahnya. Selain itu khatamkanlah bacaan al-Quran itu sekali dalam setiap bulan." Saya berkata: "Ya Nabiyullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali setiap dua puluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiyullah, sebenarnya saya masih kuat yang lebih utama dari itu." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali dalam setiap sepuluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiyullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalau begitu, khatamkan sajalah al-Quran itu sekali dalam seminggu dan jangan ditambah lagi -beratnya amalan tadi- lebih dari itu." jadi saya memperberatkan diri sendiri lalu diperberatkanlah amalan itu atas diriku. Nabi pada saat itu bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak tahu, barangkali engkau akan diberi usia yang panjang." Maka jadilah saya sampai pada usia tua sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasallam Setelah saya berusia tua, saya ingin sekali kalau dahulunya saya menerima saja keringanan yang diberikan oleh Nabiyullah shalallahu 'alaihi wasallam
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa setahun penuh dan mengkhatamkan bacaan al-Quran sekali setiap malam?" Saya menjawab: "Benar demikian ya Rasulullah dan saya tidak menghendaki dengan amalan yang sedemikian itu melainkan mengharapkan kebaikan belaka." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Berpuasalah seperti puasanya Nabiyullah Dawud a.s., sebab sesungguhnya ia adalah setaattaat manusia perihal ibadahnya. Selain itu khatamkanlah bacaan al-Quran itu sekali dalam setiap bulan." Saya berkata: "Ya Nabiyullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali setiap dua puluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiyullah, sebenarnya saya masih kuat yang lebih utama dari itu." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali dalam setiap sepuluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiyullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalau begitu, khatamkan sajalah al-Quran itu sekali dalam seminggu dan jangan ditambah lagi -beratnya amalan tadi- lebih dari itu." jadi saya memperberatkan diri sendiri lalu diperberatkanlah amalan itu atas diriku. Nabi pada saat itu bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak tahu, barangkali engkau akan diberi usia yang panjang." Maka jadilah saya sampai pada usia tua sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasallam Setelah saya berusia tua, saya ingin sekali kalau dahulunya saya menerima saja keringanan yang diberikan oleh Nabiyullah shalallahu 'alaihi wasallam
Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya untuk anakmu pun ada hak atas dirimu."
Juga dalam riwayat lain disebutkan: "Tidak dibenarkanlah seorang yang
berpuasa terus sepanjang tahun." Ini disabdakan oleh beliau shalallahu
'alaihi wasallam sampai tiga kali.
Selain itu dalam riwayat lain disebutkan demikian: "Puasa yang amat
tercinta di sisi Allah adalah puasanya Nabi Dawud, sedang shalat yang
amat tercinta di sisi Allah juga shalatnya Nabi Dawud. Ia tidur separuh
malam, lalu bangun -untuk bershalat malam- sepertiga malam, kemudian
tidur lagi seperenam malam. Ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Ia
tidak akan lari jikalau menemui -berhadapan dengan- musuhnya.
Ada pula riwayat lain yang menyebutkan demikian: "Ia berkata: Ayahku mengawinkan saya dengan seorang wanita yang memiliki keturunan baik. Ayah membuat janji dengan menantunya -wanita itu- yakni istri anaknya, untuk menanyakan pada wanita perihal keadaan suaminya. Setelah ditanya, istrinya itu berkata: Sebaik-baik lelaki ialah suamiku itu, ia tidak pernah menginjak hamparan kita dan tidak pernah memeriksa tabir kita -maksudnya tidak pernah berkumpul untuk menyetubuhi istrinya- sejak kita datang padanya." Setelah peristiwa itu berjalan lama, maka ayahnya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau bersabda kepada ayahnya: "Pertemukanlah saya dengan lelaki itu." Saya menemui Nabi shalallahu 'alaihi wasallam sesudah diadukan oleh ayahku itu, beliau shalallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau berpuasa?" Saya menjawab: "Saya berpuasa tiap hari." Beliau shalallahu 'alaihi wasallam. bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau mengkhatamkan al-Quran?" Saya menjawab: "Setiap malam saya khatamkan sekali." Seterusnya orang itu menyebutkan sebagaimana cerita yang sebelumnya. Ia menghabiskan sebagian bacaan al-Quran itu atas istrinya sebanyak sepertujuh bagian, yang dibacanya itu dirampungkannya di waktu siang agar lebih ringan untuk apa yang akan dibacanya di waktu malamnya. Jikalau ia hendak memperkuatkan dirinya, ia berbuka selama beberapa hari dan dihitunglah jumlah hari berbukanya itu kemudian berpuasa sebanyak hari di atas itu pula. Sebabnya ia melakukan demikian, karena ia tidak senang kalau meninggalkan sesuatu sejak ia berpisah dengan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam
Semua riwayat di atas adalah shahih, sebagian besar dari shahih Bukhari
dan shahih Muslim dan hanya sedikit saja yang tertera dalam salah satu
kedua kitab shahih itu -yakni Bukhari dan Muslim saja.
151. Dari Abu Rib'i yaitu Hanzhalah bin Arrabi' al-Usayyidi al-Katib, salah seorang diantara juru tulisnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam..katanya: "Abu Bakar bertemu denganku, lalu ia berkata: Bagaimanakah keadaanmu hai Hanzhalah." Saya menjawab: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri kalau sampai menjadi seorang munafik." Abu Bakar berkata lagi: "Subhanallah -sebagai tanda keheranan, apakah yang kau ucapkan itu?" Saya menjawab: "Semula kita berada di sisi Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallamBeliau mengingat-ingatkan kepada kita perihal syurga dan neraka, seolah-olah keduanya itu benar-benar dapat dilihat -tampak di mata. Tetapi setelah kita keluar dari sisi Rasulullah s.a.w., kita masih juga bermain-main dengan istri-istri, anak-anak dan mengurus berbagai harta -untuk kehidupan kita di dunia ini, sehingga dengan demikian, banyak yang kita lupakan -tentang hal syurga dan neraka tadi." Abu Bakar lalu berkata: "Demi Allah, sesungguhnya kami sendiripun pernah mengalami seperti yang kau alami itu." Selanjutnya saya dan Abu Bakar berangkat bersama sampai masuk ke tempat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam lalu saya berkata: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri kalau sampai menjadi seorang munafik, ya Rasulullah." Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallamlalu bertanya: "Mengapa demikian?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah kita semula ada di sisi Tuan dan Tuan mengingat-ingatkan kepada kita perihal neraka dan syurga seolah-olah keduanya itu dapat dilihat oleh mata. Tetapi setelah kita keluar dari sisi Tuan, kitapun masih juga bermain-main dengan istri-istri, anak-anak serta mengurus pula berbagai harta, sehingga karena itu, banyak yang kita lupakan tentang keduanya tadi." Setelah itu Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada didalam genggaman kekuasaanNya, jikalau engkau semua tetap sebagaimana hal keadaanmu di sisiku dan juga senantiasa berdzikir -ingat kepada Allah, sesungguhnya malaikat-malaikat itu menjabat tanganmu semua, baik ketika engkau ada di hamparanmu -sedang tidur, juga ketika ada di jalananmu -sedang berjalan-jalan. Tetapi, hai Hanzhalah, sesaat dan sesaat -maksudnya sesaat untuk melakukan peribadahan kepada Allah dan sesaat lagi untuk mengurus segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupannya, mencari sandang pangan dan lain-lain." Ini disabdakan beliau shalallahu 'alaihi wasallam tiga kali. (Riwayat Muslim)
152. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Pada suatu ketika Nabi shalallahu 'alaihi wasallam berkhutbah, tiba-tiba ada seorang lelaki yang berdiri lalu beliau bertanya kepadanya -tentang nama dan perlunya berdiri. "Orang-orang -para sahabat- sama berkata: "Dia adalah Abu Israil bernazar hendak berdiri di terik matahari, tidak akan duduk-duduk, tidak akan bernaung, tidak akan berbicara dan tetap akan berpuasa." Nabi shalallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Perintahkan padanya, supaya ia suka berbicara, bernaung, duduk-duduk dan juga supaya ia meneruskan puasanya." (Riwayat Bukhari)
Catatan Kaki:
[12] Dua tiang yang dimaksudkan di sini ialah dari beberapa tiang yang
ada di masjid. Tujuan utama dalam hadits ini ialah anjuran yang penting
sekali untuk diperhatikan, yakni hendaknya kita melaksanakan agama Islam
ini jangan melampaui batas, khususnya dalam peribadahan, seperti
shalat, puasa dan lain-lain yang termasuk sunnah hukumnya. Jadi kita
dilarang mempersangatkan diri sendiri -mempersulit diri sendiri atau
berlebih-lebihan-, sehingga membuat kita lelah dan akhirnya malas. Juga
terdapat suatu anjuran lain, yakni hendaklah dalam mengerjakannya itu
dengan penuh semangat dan bukan seenaknya saja.
Terjemah Riyadhush Shalihin - Pustaka Amani,Jakarta
Terjemah Riyadhush Shalihin - Pustaka Amani,
No comments:
Post a Comment
Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)