
Abdurrahman bin Auf radhiyallaahu ‘anhu adalah salah satu sahabat nabi yang kaya raya dan dermawan karena kemahirannya dalam berdagang. Ia termasuk salah satu sahabat nabi yang permulaan menerima Islam (Assabiqunal Awwaluun). Ia mendapatkan hidayah dari Allah dua hari sesudah Abu Bakar al-Shiddiq masuk Islam.
Abdurrahman  bin 'Auf adalah seorang shahabat Nabi yang mempunyai banyak  keistimewaan, di antaranya adalah beliau diberitahukan masuk syurga ketika masih hidup serta termasuk salah seorang dari enam  orang sahabat terbaik Rasulullaah
Kelahiran
Abdurrahman bin 'Auf dilahirkan  pada tahun kesepuluh dari tahun Gajah dan umurnya lebih lebih muda dari  Nabi selama sepuluh tahun. Dengan demikian Abdurrahman dilahirkan sekitar tahun  581 M. Namanya pada masa jahiliyah adalah Abdu Amru dan dalam satu  pendapat lain Abdul Ka'bah. Lalu Rasulullaah menggantikannya menjadi  Abdurrahman. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf  bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah al-Qurasyi al-Zuhri.  Nasabnya bertemu dengan Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam pada Kilab bin Murrah. Kinayahnya  adalah Abu Muhammad sedangkan laqabnya al-Shadiq al-Barr. Ibunya bernama  Asysyifa binti 'Auf bin Abdu bin al-Harits bin Zuhrah. 
Kepribadian
Adalah sosok yang sangat  bersegera dalam berinfak. Dialah Abdurrahman bin ‘auf, putih kulitnya,  lebat rambutnya, banyak bulu matanya, mancung hidungnya, panjang gigi  taringnya yang bagian atas, panjang rambutnya sampai menutupi kedua  telinganya, panjang lehernya, serta lebar kedua bahunya. Dia adalah  sahabat yang pandai berdagang dan sangat ulet. Maka mulailah ia menjual  dan membeli. Selang beberapa saat ia sudah mengumpulkan keuntungan dari  perdagangannya.
Disamping itu, ia juga sosok  pejuang yang pemberani. Ia mengikuti peperangan-peperangan bersama  Rasulullah. Pada waktu perang Badr, ia berhasil membunuh salah satu dari  musuh-musuh Allah, yaitu Umair bin Utsman bin Ka’ab At Taimi.  Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan dimana banyak  diantara kaum muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya dan terus  berperang sehingga diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua  puluh sekian luka. Akan tetapi perjuangannya di medan perang masih lebih  ringan, jika dibanding dengan perjuangannya dalam harta yang  dimilikinya.
Keuletannya berdagang serta doa  dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia  termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan yang  dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk  menjadi dermawan.
Diantara kedermawanannya, ialah  tatkala Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam ingin melaksanakan perang Tabuk. Yaitu sebuah  peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan. Maka datanglah  Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallaahu ‘anhu dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas dan  menginfakkannya di jalan allah. Sehingga berkata Umar bin Khattab,  ”Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa  karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu apapun.” Maka  bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai Abdurrahman, apa yang telah  engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah,  aku telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari  yang telah aku infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman  menjawab, ”Apa yang dijanjikan oleh allah dan RasulNya berupa rizki dan  kebaikan serta pahala yang banyak.”
Suatu ketika datanglah kafilah  dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari tujuh ratus onta yang  membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah  suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah ini?”  Maka dijawab, ”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul  Mukminin berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku  melihat Abdurrahman masuk surga dengan keadaan merangkak’.” Ketika  mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk  surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah kafilah dagang  tersebut.”
Beliau juga terkenal senang  berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada Ummahatul Mukminin.  Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf selalu berusaha untuk  memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Menyertainya apabila mereka  berhaji, yang ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi  Abdurrahman. Dia juga pernah memberikan kepada mereka sebuah kebun yang  nilainya sebanyak empat ratus ribu.
Puncak dari kebaikannya kepada  orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga empat puluh ribu  dinar, yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang  fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar.
Ketika Aisyah radhiyallaahu ‘anha mendapatkan bagiannya, ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, "tidak akan memperhatikan sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga Allah memberinya air minum dari mata air Salsabila di surga.”
Ketika Aisyah radhiyallaahu ‘anha mendapatkan bagiannya, ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, "tidak akan memperhatikan sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga Allah memberinya air minum dari mata air Salsabila di surga.”
Diantara keistimewaan  Abdurrahman bin Auf, bahwa ia berfatwa tatkala Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam masih hidup.  Rasulullah juga pernah shalat di belakangnya pada waktu perang tabuk.  Ini merupakan keutamaan yang tidak dimiliki orang lain. 
Abdurrahman bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya.”
Abdurrahman bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya.”
 Disamping memiliki sifat yang  pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang faqih dalam masalah agama.
Disamping memiliki sifat yang  pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang faqih dalam masalah agama. Berkata Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu: Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Umar bin Khattab. Maka Umar berkata, ”apakah engkau pernah mendengar hadits dari Rasulullah yang memerintahkan seseorang apabila lupa dalam shalatnya, dan apa yang dia perbuat?” Aku menjawab, ”Demi Allah, tidak pernah wahai Amirul Mukminin. Apakah engkau pernah mendengarnya?” Dia menjawab, ”Tidak pernah, demi Allah.” Tatkala kami sedang demikian, datanglah Abdurrahman bin Auf dan berkata, ”Apa yang sedang kalian lakukan?” Umar menjawab, ”Aku bertanya kepada Ibnu Abbas,” kemudian ia menyebutkan pertanyaannya. Abdurrahman berkata, ”aku pernah mendengarkan tentang hal itu dari Rasulullah.” "Apa yang engkau dengar wahai Abdurrahman?” Maka ia menjawab, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Apabila lupa salah seorang diantara kalian di dalam shalatnya, sehingga tidak tahu apakah ia menambah atau mengurangi, apabila ragu satu raka’at atau dua raka’at, maka jadikanlah satu raka’at, dan apabila ia ragu dua raka’at atau tiga raka’at, maka jadikanlah dua raka’at, dan apabila ia ragu tiga raka’at atau empat raka’at, maka jadikanlah tiga raka’at, sehingga keraguannya di dalam menambah, kemudian sujud dua kali dan dia dalam keadaan duduk sebelum salam, kemudian salam.”
Hijrah Bersama Rasul
Abdurrahman memeluk agama Islam  sebelum Rasulullah saw menjadi rumah al-Arqam sebagai pusat dakwah.Ia  mendapatkan hidayah dari Allah Subhana Wa Ta'ala dua hari sesudah Abu Bakar al-Shiddiq  masuk Islam. Seperti orang-orang yang pertama masuk islam  lainnya, Abdurrahman pun tidak luput dari penyiksaan dan tekanan kaum  kafir Quraisy. Namun hal tersebut tidak membuatnya bergeming sedikitpun,  sekalipun maut akan menjemputnya. Ia tetap sadar dan konsisten  membenarkan dan mengikuti risalah yang dibawa oleh Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam.  Lantaran konsistennya dalam menegakkan panji-panji Islam dan menjadi  pengikut setia Rasulullah, kemudian ia menjadi salah seorang pelopor  bagi orang-orang yang hijrah untuk Allah dan Rasulnya.
Abdurrahman turut hijrah ke  Habasyah (sekarang Ethiopia-red) bersama kawan-kawan seiman untuk  menyelamatkan diri dari tekanan kaum Quraisy yang tak henti-hentinya  menteror mereka. Tatkala Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam dan para sahabat hendak melakukan  hijrah ke Madinah, Abdurrahman termasuk orang yang menjadi pelopor kaum  Muslimin untuk mengikuti ajakan Nabi yang mulia ini. Di kota Madinah,  Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam banyak mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Di  antaranya Abdurrahman radhiyallaahu ‘anhu yang dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi'  al-Anshory radhiyallaahu ‘anhu.
Seperti layaknya para muhajirin  lainnya yang meninggalkan kota Mekkah, Abdurrahman bin Auf di samping  meninggalkan kota kelahirannya Mekkah juga meninggalkan seluruh harta  yang dimilikinya sehingga setibanya di Madinah beliau tidak memiliki  apapun harta dan bahkan beliau tidak memiliki isteri.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya Abdurrahman bin Auf telah dipersaudarakan (oleh Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam) dengan Sa'ad bin al-Rabi' al-Ansari tatkala tiba di Madinah. Lalu Sa'ad berkata kepadanya: Saudaraku! Saya adalah salah seorang penduduk Madinah yang punya banyak harta, pilihlah dan ambillah/ dan saya juga mempunya dua orang isteri, lihatlah salah satunya yang mana yang menarik hatimu sehingga saya bisa mentalaknya untukmu. Abdurrahman menjawab semoga Allah memberkatimu pada hartamu dan keluargamu (akan tetapi) tunjukkanlah di mana letak pasarmu.
Merekapun menunjukkan pasar, maka beliaupun melakukan transaksi jual beli sehingga mendapatkan laba (yang banyak) dan telah mampu membeli keju dan lemak. Kemudian tidak lama berselang iapun sudah dipenuhi oleh wewangian (menikah). Lalu Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bertanya: "apa gerangan yang terjadi denganmu?", Ia menjawab: "Wahai Rasulullah, aku telah menikah. Baginda bertanya: apa maharnya? Ia menjawab: "emas sebesar biji kurma". Baginda bertanya kembali: "buatlah walimah (pesta perkawinan) walaupun dengan satu ekor kambing".
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya Abdurrahman bin Auf telah dipersaudarakan (oleh Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam) dengan Sa'ad bin al-Rabi' al-Ansari tatkala tiba di Madinah. Lalu Sa'ad berkata kepadanya: Saudaraku! Saya adalah salah seorang penduduk Madinah yang punya banyak harta, pilihlah dan ambillah/ dan saya juga mempunya dua orang isteri, lihatlah salah satunya yang mana yang menarik hatimu sehingga saya bisa mentalaknya untukmu. Abdurrahman menjawab semoga Allah memberkatimu pada hartamu dan keluargamu (akan tetapi) tunjukkanlah di mana letak pasarmu.
Merekapun menunjukkan pasar, maka beliaupun melakukan transaksi jual beli sehingga mendapatkan laba (yang banyak) dan telah mampu membeli keju dan lemak. Kemudian tidak lama berselang iapun sudah dipenuhi oleh wewangian (menikah). Lalu Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bertanya: "apa gerangan yang terjadi denganmu?", Ia menjawab: "Wahai Rasulullah, aku telah menikah. Baginda bertanya: apa maharnya? Ia menjawab: "emas sebesar biji kurma". Baginda bertanya kembali: "buatlah walimah (pesta perkawinan) walaupun dengan satu ekor kambing".
Rasulullah sangat jeli  melihat keadaan Abdurrahman bin Auf sehingga beliau dipersaudarakan  dengan Sa'ad bin al-Rabi' yang merupakan salah seorang penduduk Madinah  yang mempunyai banyak harta. Persaudaraan ini membuahkan hasil yang  sangat kuat sekali bagi terjalinnya ikatan yang sangat kuat di antara  keduanya. Hal ini digambarkan ketika Sa'ad bin al-Rabi' menawarkan  setengah kekayaannya untuk dibagi percuma dan istrinya yang dicintai  untuk dinikahi oleh Abdurrahman bin Auf. Abdurrahman. Walaupun Sa'ad bin  al-Rabi' menawarkannya didasarkan oleh niat tulus ikhlas namun  Abdurrahman bin Auf bukanlah tipe manusia yang memanfaatkan kesempatan  sehingga beliau menolak secara halus dengan ungkapan semoga Allah  memberkatimu, keluargamu dan hartamu.
Abdurrahman bin Auf boleh miskin  materi, tapi ia tidak akan pernah menjadi miskin mental. Jangankan  meminta, ia pun pantang menerima pemberian orang selain upahnya sendiri.  'Tangan di bawah' sama sekali bukan perilaku mulia. Abdurrahman bukan  hanya tahu, melainkan memegang teguh nilai itu. Ia pun memutar otak  bagaimana dapat keluar dari kemiskinan tanpa harus menerima pemberian  orang lain. Ia hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Ia pun pergi ke  pasar dan mengamatinya secara cermat. Dari pengamatannya ia tahu, pasar  itu menempati tanah milik seorang saudagar Yahudi. Para pedagang  berjualan di sana dengan menyewa tanah tersebut, sebagaimana para  pedagang sekarang menyewa kios di mal.
Kreativitas Abdurrahman pun  muncul. Ia minta tolong saudara barunya untuk membeli tanah yang kurang  berharga yang terletak di samping tanah pasar itu. Tanah tersebut lalu  dipetak-petak secara baik. Siapa pun boleh berjualan di tanah itu tanpa  membayar sewa. Bila dari berdagang itu terdapat keuntungan, ia  menghimbau mereka untuk memberikan bagi hasil seikhlasnya. Para pedagang  gembira dengan tawaran itu karena membebaskan mereka dari biaya  operasional. Mereka berbondong pindah ke pasar baru yang dikembangkan  Abdurrahman. Keuntungannya berlipat. Dari keuntungan itu, Abdurahman  mendapat bagi hasil. Semua gembira. Tak perlu makan waktu lama,  Abdurrahman keluar dari kemiskinan, bahkan menjadi salah seorang sahabat  Rasul yang paling berada.
Kegigihannya dalam berdagang juga seperti yang beliau ungkapkan sendiri: "aku melihat diriku kalau seandainya akau mengangkat sebuah batu aku mengharapkan mendapatkan emas atau perak".
Kegigihannya dalam berdagang juga seperti yang beliau ungkapkan sendiri: "aku melihat diriku kalau seandainya akau mengangkat sebuah batu aku mengharapkan mendapatkan emas atau perak".
Sumbangan di Jalan Allah Subhana Wa Ta'ala
Laba dari perniagaannya yang  semakin meningkat dari ke hari tidaklah menyebabkan beliau menjadi  manusia yang pelit dan kikir serta jauh dari jalan Allah. Bahkan beliau  tidak segan-segan untuk menyumbangkan hartanya di jalan Allah dan  disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa beliau menyumbangkan setengah dari  hartanya. Hal ini seperti disebutkan Zuhri bahwa Abdurrahman bin Auf  menyumbangkan setengah dari hartanya sebanyak empat ribu dirham pada  masa Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam.
Kemudian beliau menyumbangkan empat ribu dirham, kemudian empat puluh dinar, kemudian lima ratus kuda perang di jalan Allah, kemudian seribu lima ratus tunggangan/ rahilah di jalan Allah, dan semua penghasilannya bersumber dari perniagaan.
Kemudian beliau menyumbangkan empat ribu dirham, kemudian empat puluh dinar, kemudian lima ratus kuda perang di jalan Allah, kemudian seribu lima ratus tunggangan/ rahilah di jalan Allah, dan semua penghasilannya bersumber dari perniagaan.
Kemurahan hatinya untuk  menyumbangkan hartanya di jalan tidak hanya berhenti dengan  menyumbangkan setengah dari hartanya bahkan dalam kesempatan lainnya  disebutkan bahwa beliau menyumbangkan keseluruhan hartanya.
Hal ini seperti diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu bahwa manakala Abdurrahman bin Auf ditimpa oleh sebuah penyakit beliau mewasiatkan sepertiga hartanya, maka tatkala sembuh beliau menyumbangkan sendiri dengan tangannya, kemudian berkata: Wahai sahabat Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam.: saya akan memberikan sebanyak empat ratus dinar ke atas semua pasukan Badar, lalu Utsman dan beberapa orang lainnya datang menemuinya: lalu orang-orang bertanya kepadanya: Wahai Abu Umar, bukankah anda orang kaya? Ia berkata: ini adalah wasiat dari Abdurrahman dan bukan sedekah, dan ia termasuk harta yang halal. Maka ia menyumbangkan sebanyak seratus lima puluh ribu dinar kepada mereka, lalu tatkala menjelang malam beliau duduk sendiri di rumahnya, lalu menuliskan sebuah memo untuk dibagikan semua hartanya kepada para muhajirin dan Anshar, bahkan beliau menulis bajunya yang dipakainya dalam memo tersebut, dan tidak ada satupun yang disisakannya kecuali dibagikan semuanya kepada kaum fakir.
Hal ini seperti diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu bahwa manakala Abdurrahman bin Auf ditimpa oleh sebuah penyakit beliau mewasiatkan sepertiga hartanya, maka tatkala sembuh beliau menyumbangkan sendiri dengan tangannya, kemudian berkata: Wahai sahabat Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam.: saya akan memberikan sebanyak empat ratus dinar ke atas semua pasukan Badar, lalu Utsman dan beberapa orang lainnya datang menemuinya: lalu orang-orang bertanya kepadanya: Wahai Abu Umar, bukankah anda orang kaya? Ia berkata: ini adalah wasiat dari Abdurrahman dan bukan sedekah, dan ia termasuk harta yang halal. Maka ia menyumbangkan sebanyak seratus lima puluh ribu dinar kepada mereka, lalu tatkala menjelang malam beliau duduk sendiri di rumahnya, lalu menuliskan sebuah memo untuk dibagikan semua hartanya kepada para muhajirin dan Anshar, bahkan beliau menulis bajunya yang dipakainya dalam memo tersebut, dan tidak ada satupun yang disisakannya kecuali dibagikan semuanya kepada kaum fakir.
Ketika menunaikan shalat shubuh  di belakang Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam turunlah Jibril dan berkata: Wahai  Muhammad sesungguhnya Allah berfirman kepadamu: "Kirimkanlah salam saya  buat Abdurrahman dan terimalah semua memonya kemudian kembalikanlah  semua kepadanya dan katakan kepadanya: "Allah telah menerima sedekahmu dan  ia adalah wakil Allah dan wakil Rasul-Nya maka kembangkanlah hartanya  sesuai dengan kemauannya, dan kelolalah hartanya sebagaimana yang telah  dilakukan sebelumnya dan ia tidak akan diminta pertanggungjawaban dan  beritahulah kabar gembira (ia dijamin masuk syurga)."
Disamping menyumbangkan hartanya  untuk fakir miskin dan orang-orang tertentu beliau juga diceritakan  merupakan orang yang paling banyak memerdeka-kan hamba. Dalam sebuah  riwayat Ja'far bin Burqan berkata: saya pernah mendengar bahwa  Abdurrahman bin Auf telah memerdekakan hamba sebanyak tiga puluh ribu  jiwa. Dan Abu Amr berkata: dalam satu riwayat disebutkan bahwa beliau  memerdekakan sebanyak tiga puluh hamba dalam satu hari.
Keutamaan Abdurrahman bin Auf
Ke-Islam an Abdurrahman bin Auf  sejak dini menjadikan beliau sebagai pribadi yang paling pertama  menghadapi kerasnya penentangan dari penduduk Quraisy Mekkah, sehingga  akhirnya beliau dan beberapa sahabat lainnya diizinkan oleh Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam berhijrah ke Habsyah pada gelombang pertama.
Menurut para ulama, pemilihan kota Habsyah (Ethiopia) sebagai tujuan hijrah pada masa itu disebabkan Habsyah adalah merupakan sebuah negara yang tidak mempunyai ikatan diplomasi dengan negara-negara Arab sehingga dalam hukum international di era modern disebutkan bahwa negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik maka tidak boleh melakukan ektradisi terhadap orang yang berlindung di dalam negaranya.
Dan ini merupakan pemilihan yang sangat tepat dari Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam dan diceritakan bahwa ketika utusan Quraisy membujuk Najasyi agar mengusir para muhajirin dari bumi Habsyah, beliau berkata bahwa saya tidak akan melakukan kecuali setelah mengetahui alasan dari pribadi tersebut. Dan ternyata setelah mendengarkan penjelasan dari Ja'far bin Abi Thalib, Najasyi mengembalikan semua hadiah yang diberikan oleh utusan Quraisy dan mengusir keduanya serta menjamin keamanan seluruh kaum muslimin di negaranya.
Menurut para ulama, pemilihan kota Habsyah (Ethiopia) sebagai tujuan hijrah pada masa itu disebabkan Habsyah adalah merupakan sebuah negara yang tidak mempunyai ikatan diplomasi dengan negara-negara Arab sehingga dalam hukum international di era modern disebutkan bahwa negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik maka tidak boleh melakukan ektradisi terhadap orang yang berlindung di dalam negaranya.
Dan ini merupakan pemilihan yang sangat tepat dari Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam dan diceritakan bahwa ketika utusan Quraisy membujuk Najasyi agar mengusir para muhajirin dari bumi Habsyah, beliau berkata bahwa saya tidak akan melakukan kecuali setelah mengetahui alasan dari pribadi tersebut. Dan ternyata setelah mendengarkan penjelasan dari Ja'far bin Abi Thalib, Najasyi mengembalikan semua hadiah yang diberikan oleh utusan Quraisy dan mengusir keduanya serta menjamin keamanan seluruh kaum muslimin di negaranya.
Abdurrahman bin Auf merupakan di antara para shahabat yang mendapatkan beberapa keistimewaan di antaranya:
1. Menjadi Imam Shalat Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam
Dalam sebuah riwayat disebutkan  bahwa dalam satu peperangan Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam menjadi makmum Abdurrahman bin  Auf. Dalam cerita panjang lebar Amr bin Wahab mengatakan bahwa  al-Mughirah bin Syu'bah menyebutkan bahwa menjelang shubuh hari Nabi  mengajak al-Mughirah untuk menemaninya membuang hajat. Setelah buang  hajat Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam memintanya untuk mengambalikan air wudhu' namun  ternyata mereka sudah terlambat karena rombongan sedang menunaikan  shalat yang diimami oleh Abdurrahman bin Auf. Ketika itu ia mencoba  untuk menghentikan shalat jemaah tersebut dengan kembali mengumandangkan  azan namun Nabi s.a.w. melarangnya sehingga Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam. menjadi makmun  kepada Abdurrahman bin Auf. Dalam satu hadits lainnya diriwayatkan oleh  al-Mughirah: Nabi tidak meninggal sehingga menjadi makmum orang shalih  dari ummatnya.
2. Calon Penghuni Syurga
Beliau merupakan salah seorang  shahabat Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam yang dijamin masuk syurga Diriwayatkan dalam sebuah  hadits shahih yang diriwayatkan oleh Sa'id bin Zayd berkata: Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam berkata: sepuluh orang yang dijamin masuk syurga: Abu Bakar,  Umar, Ali, Utsman, Zubair, Thalhah, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin  al-Jarrah dan Sa'ad bin Abi Waqqas. Beliau berkata: beliau telah  menyebutkan satu persatu dari yang sembilan orang dan kemudian berhenti  sejenak pada bilang yang kesepuluh. Maka orang bertanya-tanya: kami  memohon kepadamu atas nama Allah siapakah orang yang kesepuluh? Beliau  menjawab: kalian meminta keseriusan saya atas nama Allah, (orang yang  yang kesepuluh adalah) Abu al-A'war (kinayah terhadap Sa'id bin Zaid).
3. Kecintaan Nabi SAW. terhadap Abdurrahman bin Auf r.a.
Ummu Salamah radhiyallaahu ‘anha menceritakan  bahwa Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bersabda: "Sesungguhnya yang akan menjaga kamu  sekalian sepeninggalku adalah al-Shadiq al-Bar (Abdurrahman bin Auf), Ya  Allah hidangkanlah minuman mata air syurga kepada Abdurrahman bin Auf."
Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam juga bersabda: "Engkau adalah orang kepercayaan penduduk bumi dan engkau juga orang kepercayaan penduduk langit."
4. Ayat al-Quran yang Memujinya
Al-Quran memuji keutamaannya, di  antaranya seperti yang diriwayatkan dari Saib tentang firman Allah  ta'ala (Al-Baqarah: 267) diturunkan untuk Utsman radhiyallaahu ‘anhu dan Abdurrahman bin Auf radhiyallaahu ‘anhu
Adapun tentang Abdurrahman bin Auf diceritakan bahwa ia menyumbangkan empat ribu dirham kepada Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam lalu ia berkata: sebenarnya saya punya delapan ribu dirham (akan tetapi) saya tinggalkan empat ribu dirham untuk diri sendiri dan keluarga sedangkan empat ribu dirham saya sumbangkan di jalan Allah, maka Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bersabda: semoga Allah memberkati apa yang telah engkau tinggalkan dan apa yang telah engkau sumbangkan.
Adapun tentang Abdurrahman bin Auf diceritakan bahwa ia menyumbangkan empat ribu dirham kepada Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam lalu ia berkata: sebenarnya saya punya delapan ribu dirham (akan tetapi) saya tinggalkan empat ribu dirham untuk diri sendiri dan keluarga sedangkan empat ribu dirham saya sumbangkan di jalan Allah, maka Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bersabda: semoga Allah memberkati apa yang telah engkau tinggalkan dan apa yang telah engkau sumbangkan.
5. Salam dan berita masuk syurga dari Allah
Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu berkata:  "manakala kafilah dagang Abdurrahman bin Auf kembali dari Syam langsung  dibawa kepada Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam lalu Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam berdoa untuknya agar  dimasukkan syurga, lalu turunlah Jibril berkata: Sesungguhnya Allah  mengirimkan salam untukmu dan berkata: kirimkanlah salam saya kepada  Abdurrahman bin Auf dan sampaikan berita gembira beliau masuk syurga."
6. Penghargaan Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam
 Abu Umar dan beberapa orang  lainnya berkata: "Abdurrahman bin Auf ikut dalam perang Badar dan semua  peperangan lainnya, beliau tetap setia membentengi Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam pada  perang Uhud, salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk syurga,  salah seorang dari delapan orang yang terdahulu masuk syurga, salah  seorang dari enam orang anggota syurga yang disaksikan oleh Umar bahwa  Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam telah ridha terhadap mereka, salah seorang dari lima  orang yang masuk Islam dalam tangan Abu Bakar.
Abu Umar dan beberapa orang  lainnya berkata: "Abdurrahman bin Auf ikut dalam perang Badar dan semua  peperangan lainnya, beliau tetap setia membentengi Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam pada  perang Uhud, salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk syurga,  salah seorang dari delapan orang yang terdahulu masuk syurga, salah  seorang dari enam orang anggota syurga yang disaksikan oleh Umar bahwa  Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam telah ridha terhadap mereka, salah seorang dari lima  orang yang masuk Islam dalam tangan Abu Bakar.Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam pernah mengutusnya ke Dumah al-Jandal, memakaikan surban dan menyalipnya pada ke dua bahunya lalu berkata kepadanya: "pergilah dengan mengucapkan bismillah" dan mewasiatkannya beberapa wasiat, dan berkata kepadanya: "jika Allah memberi kemenangan kepadamu maka kawinilah anak perempuan dari pemimpin mereka", atau disebutkan berkata anak perempuan raja mereka sedangkan pemimpin mereka adalah al-Asbagh bin Tha'labah al-Kalibi lalu ia-pun mengawini anak perempuannya Tamadhur dan ia adalah ibu dari anaknya Abi Salamah.
7. Kekuatan Iman Abdurrahman bin Auf radhiyallaahu 'anhu Diakui Rasulullaah
Ubaidillah bin Abdullah bin  'Utbah bin Mas'ud berkata: Bahwa Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam memberikan (sesuatu)  kepada khalayak ramai dan tidak memberikan apapun kepada Abdurrahmah bin  Auf sedangkan ia berada dalam khalayak tersebut, lalu Abdurrahman bin  Auf keluar dari barisan tersebut dalam keadaan menangis, maka Umar bin  Khattab melihat dan berkata: apa yang membuatmu menangis? Ia menjawab:  Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam memberikan sesuatu kepada orang ramai padahal saya ada  di tengah orang-orang tersebut, maka aku takut Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam tidak  memberikan sesuatu kepadaku disebabkan oleh hal yang tidak disukai  dariku. Beliau berkata: lalu Umar masuk menemui Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam dan  menceritakan peristiwa yang dialami oleh Abdurrahman bin Auf, lalu  Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam berkata: Saya tidak marah kepadanya akan tetapi telah  menyerahkannya kepada keimanannya.
8. Orang yang sudah bahagia dalam perut ibunya
Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf  berkata: manakala Abdurrahman bin Auf terlelap sebentar kemudian bangun  kembali lalu bercerita: sesungguhnya telah datang kepadaku dua orang  malaikat yang berperawakan menakutkan lalu keduanya berkata: ikuti  bersama kami untuk diadukan kepada Allah. Ia berkata: lalu keduanya  dijumpai oleh seorang malaikat maka berkata: mau dibawa kemana lelaki  tersebut? Keduanya menjawab: kami mau mengadukannya kepada Allah. Ia  berkata: lepaskanlah ia karena sesungguhnya ia telah dituliskan sebagai  lelaki bahagia sedangkan ia masih dalam kandungan ibunya.
9. Keilmuannya
Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu bahwa ketika  Umar menuju ke Syam dan manakala sampai di Sara' beliau dikabarkan bahwa  Syam telah dilanda oleh penyakit waba' (penyakit menular), lalu  mengumpulkan semua sahabat Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam dan meminta pendapat,  sehingga muncullah berbagai pendapat namun beliau menyetujui pendapat  untuk kembali (agar tidak meneruskan perjalanan). Tiba-tiba muncullah  Abdurrahman bin Auf yang menghilang beberapa saat karena buang hajat  lalu berkata: Sesungguhnya saya sangat mengerti masalah ini, karena aku  pernah mendengar Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bersabda: apabila terjadi penyakit  menular di suatu tempat maka janganlah kamu masuk ke dalamnya dan  apabila terjadi di suatu tempat sedangkan kamu berada di dalamnya maka  janganlah kamu keluar darinya karena lari dari penyakit tersebut.
10. Rujukan Umar
Anas radhiyallaahu ‘anhu menceritakan bahwa  peminum khamar Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam dijatuhkan hukuman pecut dengan pelepah kurma  dan sandal sebanyak empat puluh kali dan demikian juga Abu Bakar.  Seterusnya Anas radhiyallaahu ‘anhu menceritakan ketika Umar diangkat menjadi Khalifah: "sesungguhnya orang kampung telah datang ke kota, apa pendapat kalian  tentang hukum peminum khamar?" Lalu Abdurrahman bin Auf berkata: kita  menetapkan hukumannya di bawah hukuman hudud, maka (Umarpun) menetapkan  hukuman sebanyak delapan puluh kali pecut.
11. Ketawadhuannya
Walaupun beliau merupakan sosok  shahabat Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam yang telah dijanjikan masuk syurga namun beliau  titel tersebut tidak menyebabkan beliau lupa diri. Sa'id bin Jubair  berkata: Abdurrahman bin Auf tidak dapat dibedakan di antara hamba  sahayanya.
Wafat
Abdurrahman bin Auf meninggal  pada tahun 31 H, dalam pendapat lain disebutkan pada tahun 32 H ketika  berumur 75 tahun. Dalam pendapat lain disebutkan berumur 72 tahun. Beliau  dimakamkan di pemakaman Baqi' yang diimami oleh Utsman berdasarkan  wasiatnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu al-Najjar di dalam kitab Akhbar al-Madinah dengan sanadnya dari Abdurrahman bin Humaid dari Bapaknya berkata: ketika ajal hendak menjemputnya Aisyah mengirimkan seseorang kepadanya supaya dikuburkan di sisi Rasulullah dan kedua saudaranya, maka ia menjawab: saya tidak mau menyempitkan ruang rumahmu karena sesungguhnya saya telah berjanji kepada Ibnu Maz'un siapa saja yang meninggal maka akan dikuburkan di sisi sahabatnya dan dengan demikian makam Utsman bin Maz'un dan Abdurrahman bin Auf berada di sisi qubah Ibrahim bin Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam
Diriwayatkan oleh Ibnu al-Najjar di dalam kitab Akhbar al-Madinah dengan sanadnya dari Abdurrahman bin Humaid dari Bapaknya berkata: ketika ajal hendak menjemputnya Aisyah mengirimkan seseorang kepadanya supaya dikuburkan di sisi Rasulullah dan kedua saudaranya, maka ia menjawab: saya tidak mau menyempitkan ruang rumahmu karena sesungguhnya saya telah berjanji kepada Ibnu Maz'un siapa saja yang meninggal maka akan dikuburkan di sisi sahabatnya dan dengan demikian makam Utsman bin Maz'un dan Abdurrahman bin Auf berada di sisi qubah Ibrahim bin Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam
Harta Warisan
Abdurrahman bin  Auf  meninggalkan dua puluh delapan anak lelaki dan delapan anak  perempuan. Hal yang sangat menarik sekali bahwa walaupun sudah  menyumbangkan hampir keseluruhan hartanya di jalan Allah. namun  beliau masih meninggalkan harta warisan yang sangat banyak sekali. Dalam  sebuah riwayat dari Muhammad, beliau menceritakan bahwa di antara harta  peninggalan Abdurrahman bin Auf adalah emas murni sehingga tangan para  tukang merasa kewalahan (lecet) untuk membagikannnya dan empat orang  isterinya masing-masing menerima harta warisan sebanyak delapan puluh  ribu dinar.
Abu Amr berkata: "beliau adalah  seorang pedagang sukses dalam bidang bidang perniagaan, sehingga  mendapatkan laba yang sangat banyak dan meninggalkan sebanyak seribu  unta, tiga ratus kambing, seratus kuda perang yang digembalakan di  daerah Naqi' dan mempunyai lahan pertanian sehingga kebutuhan  keluarganya setahun dipasok dari hasil tanaman tersebut."
Teririmg doa untuk beliau, semoga kita dapat meneladani.
Teririmg doa untuk beliau, semoga kita dapat meneladani.
Tata Cara Sholat Nabi Muhammad : 
Click Link di bawah ini !
 
Om, boleh tahu gak sumber cerita ini dari mana? Saya mau beli bukunya. Terima kasih
ReplyDeleteSubhanallah yaaa..
ReplyDeleteSubhanallah..
ReplyDeleteSubhanallah setidaknya kita mengikuti jejak sahabat rasul yang satu ini kaya dan dermawan, zuhud lagi.
ReplyDeleteAllahuakbar,....
ReplyDeleteSubhanallah, beginilah seharusnya orang belajar, beriakan kisah2 para sahabat Rasul, bukan dongeng yg fiktif, setidaknya ini adalah contoh real dan sudah terjadi dimasanya, mudah2an bisa diambil pelajaran, barakallahu fiik...
ReplyDeleteSubhanallah ,seorang sahabat rasul yang kaya namun dermawan, serta lagi zuhud .
ReplyDeleteizin copas boleh mas?sy sertakan sumber..
ReplyDeletesemoga banyak Abdurrahman bin auf baru di era yang katanya modern seperti ini aamiin..
ReplyDeleteSubhanallah.. begitu mulia para sahabat nabi. Kisa" mereka bisa mrnjadi motifasi bagi kita..
ReplyDeleteAssalamu'alaikum.
ReplyDeleteSaya ijin save untuk tugas halaqoh juga.
Subhanallah begitu mulia hati beliau...
ReplyDelete